Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Presiden Joko Widodo atau Jokowi membantah meminta para relawan pendukungnya agar siap jika diajak berkelahi saat berpidato dalam rapat umum relawan Jokowi di Sentul International Convention Centre, Sabtu pekan lalu. Ia menjelaskan pernyataan dia kepada relawan yang viral di media sosial itu tidak disampaikan secara utuh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Siapa yang ngomong? Ditonton yang komplet dong," kata Jokowi di Ancol, Jakarta, Senin, 6 Agustus 2018.
Jokowi menuturkan dalam rapat umum itu ia menyerukan agar menjaga persatuan dan kerukunan. Sebabnya jangan sampai antarwarga saling membenci, mencela, dan menjelekkan hanya karena perbedaan pilihan presiden.
"Coba dirunut dari atas, jangan diambil sepotongnya saja, nanti enak yang komentari kalau seperti itu. Dilihat secara keseluruhan, konteksnya kan kelihatan," ucapnya.
Pidato Jokowi menjadi viral lantaran kutipannya disiarkan dalam bentuk video berdurasi pendek. Dalam video itu Jokowi mengucapkan,
"Sekali lagi, jangan membangun permusuhan, jangan membangun ujaran-ujaran kebencian. Jangan membangun fitnah-fitnah, tidak usah suka mencela. Tidak usah suka menjelekkan orang lain, tapi kalau diajak berantem juga berani."
Dalam lanjutan video yang lebih lengkap Jokowi mengatakan, "Tapi jangan ngajak lho. Saya bilang tadi, saya bilang tadi tolong tadi, tolong digarisbawahi, jangan ngajak. Kalau diajak?"
Pernyataan Jokowi soal diajak berantem itu membuat netizen di kubu lawan Jokowi geram. Mereka menilai Jokowi telah menyebarkan kekerasan. Seperti yang diungkapkan oleh politikus Gerindra Andre Rosiade.
Jokowi sebagai presiden, kata Andre, seharusnya menghimbau agar pemilu 2019 berjalan aman, damai, dan tenteram. Pemilu 2019, kata Andre, harusnya menjadi festival adu gagasan, bukan adu otot.
"Tapi pak Jokowi membangun narasi kebencian dengan mendorong agar tidak takut berkelahi. Ini kan diindikasikan pak Jokowi mendorong ada undangan kekerasan dalam pemilu 2019 nanti," ujar Andre.