Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Soal Pilkada Kota Surabaya, Pengamat Sebut PDIP Dibelit Problem Internal

"Di Surabaya ada friksi, di Jakarta tidak solid," kata pengamat politik dari Universitas Airlangga Aribowo saat dihubungi, Senin, 31 Agustus 2020.

31 Agustus 2020 | 20.32 WIB

Puti Guntur Soekarno mengajak swafoto Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri bersama Wali Kota Tri Rismaharini, Gus Ipul, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, dan Wasekjen Ahmad Basarah. TEMPO/ARTIKA RACHMI FARMITA
Perbesar
Puti Guntur Soekarno mengajak swafoto Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri bersama Wali Kota Tri Rismaharini, Gus Ipul, Bupati Banyuwangi Abdullah Azwar Anas, Wakil Wali Kota Surabaya Whisnu Sakti Buana, dan Wasekjen Ahmad Basarah. TEMPO/ARTIKA RACHMI FARMITA

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta-Pengamat politik dari Universitas Airlangga Aribowo menilai, tak kunjung diumumkannya pasangan calon wali kota dan wakil wali kota Surabaya oleh PDI Perjuangan, menandakan partai tersebut masih mempunyai problem internal yang sulit dipecahkan.

Meskipun  dikatakan bahwa calon PDIP sudah di dalam amplop dewan pimpinan pusat, namun keengganan mengumumkan ke publik, kata Aribowo, memperlihatkan bahwa problem internal itu belum terpecahkan. “Di Surabaya ada friksi, di Jakarta tidak solid,” kata Aribowo saat dihubungi, Senin, 31 Agustus 2020.

Aribowo,  yang juga pendiri lembaga survei Pusat Studi Demokrasi dan Hak Asasi Manusia (Pusdeham) menuturkan, dari survei yang dilakukan, Wakil Wali Kota Surabaya saat ini, Whisnu Sakti Buana, masih tertinggi tingkat elektabilitasnya. Di sisi lain, calon wali kota pesaing PDIP, Machfud Arifin, trennya juga terus meningkat.

Begitu pula dengan elektabilitas Eri Cahyadi,  Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Kota Surabaya, yang disebut-sebut juga akan dicalonkan dari PDIP. “Meski belum bisa melampaui Whisnu, namun orang Surabaya bilang elektabilitas mereka bertiga ini keket (rapat), jadi masih ada peluang saling menyalip,” kata Aribowo.

Ari juga mengatakan bahwa keponakan Ketua Umum PDIP Megawati Sukarnoputri, Puti Guntur Sukarno, turut disurvei. Menurut Aribowo, elektabilitas Puti masih rendah. Namun, ujar Aribowo, elektabilitas dan popularitas bukan modal utama dalam pilkada. Satu faktor penting lainnya yang menentukan ialah viabilitas.

Ia mencontohkan, calon yang mengantongi elektabilitas sampai 20 persen misalnya, masih bisa disalip oleh calon yang berangkat dengan elektabilitas 3 – 6 persen saja. “Kalau viabilitasnya kuat, dia bisa menyalip yang elektabilitasnya tinggi,” kata Ari.

Pada Ahad kemarin, 30 Agustus, Sekjen PDIP Hasto Kristiyanto dan beberapa elite partai mengadakan konsolidasi di kantor PDIP Jawa Timur, Jalan Kendangsari, Surabaya. Namun dalam konsolidasi itu belum juga diumumkan calon wali kota dan wakil wali kota yang bakal diusung PDIP di Surabaya.

Direktur komunikasi pasangan Machfud Arifin-Mujiaman, Imam Syafii mengatakan tak terpengaruh oleh strategi PDIP. Menurut dia, kubu Machfud terus bekerja. “Kami terus jalan dengan kegiatan rutin menyapa warga,” kata politikus Partai NasDem itu.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus