Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Sebuah survei yang dilakukan di Amerika Serikat menunjukkan berapa besar biaya hidup yang diperlukan oleh difabel. Penelitian yang dilakukan oleh National Disability Institute itu menyasar penyandang disabilitas usia 18 sampai 60 tahun.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hasil survei menunjukkan, biaya hidup seorang difabel lebih besar 17 sampi 20 persen dari masyarakat non-difabel. "Kami memperkirakan orang dewasa dengan disabilitas membutuhkan rata-rata 20 persen pendapatan yang lebih besar untuk menyokong kebutuhan hidup mereka," kata Stephen McGarity, Asisten Professor dari Fakultas Kerja Sosial, Universitas Tennessee yang mengepalai penelitian, seperti dikutip dari The Conversation, Rabu 24 Maret 2021.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasarkan survei tersebut, 20 persen tambahan biaya hidup meliputi ongkos modifikasi kendaraan dan tempat tinggal agar difabel dapat hidup mandiri. Stephen McGarity menghitung angka 20 persen tersebut mencapai sekitar USD 17,7 ribu per tahun. "Untuk perhitungan biaya tambahan per orang sangat tergantung dari ragam disabilitas dan kebutuhannya," kata McGarity.
Pemerintah membutuhkan kalkulasi atau estimasi biaya tambahan hidup seorang penyandang disabilitas dalam mendistribusikan program bantuan sosial. Dengan begitu, jumlah bantuan sosial yang diterima oleh difabel berbeda dari penerima bantuan sosial yang non-difabel.
Program sosial pemerintah Amerika Serikat menyokong biaya hidup sebagian masyarakat disabilitas. Syaratnya, mereka dapat membuktikan tidak dapat bekerja dalam tempo setahun atau lebih. "Artinya, jutaan penyandang disabilitas yang dapat bekerja tidak memiliki dukungan sama sekali untuk tambahan biaya hidup mereka," demikian tertulis dalam survei tersebut.
Dalam menjalani kehidupan sehari-hari, seorang penyandang disabilitas membutuhkan akomodasi yang lebih besar dan spesifik agar tidak bergantung kepada orang lain. Difabel juga membutuhkan biaya modifikasi pada alat tertentu, seperti kendaraan, alat kerja, sampai bangunan gedung, dan tempat tinggal, supaya mereka dapat mandiri.
Salah satu solusi yang ditawarkan oleh peneliti adalah program pribadi mandiri. Program ini berupa penyediaan alokasi keuntungan tunai yang lebih besar bagi penyandang disabilitas dari hasil kerja mereka. Program pribadi mandiri sudah diterapkan di beberapa negara, seperti Swedia, New Zealand, dan Fiji.