Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Sutan Sjahrir Bukan Pemuda Biasa, Sejarawan JJ Rizal Sebut Gibran Tak Sebanding Perdana Menteri Indonesia Pertama Itu

Sutan Sjahrir bukan pemuda biasa, sejarawan JJ Rizal sebut ia menolak jika Gibran Disamakan Perdana Menteri Indonesia pertama itu.

27 Oktober 2023 | 17.09 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

TEMPO.CO, Jakarta - Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto menyebut putra sulung Presiden Joko Widodo atau Jokowi, Gibran Rakabuming Rak itu seperti sosok Sutan Sjahrir.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sejarawan JJ Rizal dalam video unggahan akun X pribadinya @JJRizal mengatakan, semasa muda, Sjahrir pernah memimpin sebuah organisasi mahasiswa yang sangat radikal yakni Perhimpunan Indonesia. Organisasi itu menuntut Belanda mencabut kekuasaannya dari Nusantara atau menginginkan kemerdekaan. "Saya rasa Gibran tidak pernah," katanya.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Selain itu, menurut Rizal, Sjahrir yang kerap disapa Bung Kecil pernah pula dibuang di sebuah kamp konsentrasi di Boven Digoel ketika pulang dari Belanda ke Tanah Air.

“Pertanyaan saya adalah, apakah Gibran pernah merasa dihukum buang di satu kamp di tempat terpencil yang alamnya sangat kejam? Saya belum pernah dengar,” ujarnya.

JJ Rizal menyebut bahwa Sjahrir tidak pernah tunduk pada kekuasaan, termasuk saat banyak teman-temannya bekerja sama dengan Jepang. Menurutnya, Sjahrir besar di luar sistem kekuasaan. "Pertanyaan saya, apakah Gibran pernah bekerja di luar kekuasaan dan menentang kekuasaan? Sya nggak pernah dengar," kata dia.

Benar bahwa pucuk pemerintahan negeri ini pun pernah dipimpin sosok pemuda. Ia bukan pemuda biasa, yakni Sutan Sjahrir, Perdana Menteri Pertama Indonesia.

Nama Sutan Sjahrir disebut belakangan. Sosoknya dijadikan rujukan Mahkamah Konstitusi atau MK ketika membuat keputusan membolehkan kandidat maju sebagai capres-cawapres meski usia di bawah 40 tahun asalkan punya pengalaman sebagai kepala daerah.

“Sutan Sjahrir menjabat sebagai perdana menteri pada usia 36 tahun,” kata Hakim MK Guntur Hamzah dalam amar putusannya di sidang pembacaan putusan gugatan pasal UU Pemilu ihwal batas usia capres-cawapres pada Senin 16 Oktober 2023.

Sutan Syahrir lahir pada 5 Maret 1909. Dia dikenal sebagai intelektual, perintis, dan revolusioner kemerdekaan Indonesia. Dia merupakan Perdana Menteri pertama Indonesia sejak 14 November 1945 hingga 20 Juni 1947. Sutan meninggal pada 1966 dalam pengasingan sebagai tahanan politik dan dimakamkan di TMP Kalibata, Jakarta. Dia kemudian ditetapkan sebagai Pahlawan Nasional.

Sutan Sjahrir memimpin Indonesia antara 1945 hingga 1947. Dalam kurun pemerintahannya itu, terdapat tiga kabinet, yakni Kabinet Sjahrir I antara November 1945 hingga Februari 1946, Kabinet Sjahrir II antara Maret 1946 hingga Oktober 1946, dan Kabinet Sjahrir III antara Oktober 1946 hingga Juni 1947.

Kabinet Sjahrir I

Kabinet Sjahrir I adalah kabinet pengganti Kabinet Presidensial. Kabinet ini mulai menjalankan roda pemerintahan sejak 14 September 1945. Perbedaan utama dengan kabinet sebelumnya ialah bahwa pada kabinet ini, para menteri diangkat dari Partai Politik. Kepala negara dipimpin oleh Sukarno. Kepala pemerintahan Soetan Sjahrir. Jumlah menterinya 14 dan wakil menteri 2 orang.

Partai anggota terdiri dari Partai Sosialis Indonesia atau PSI Partai Kristen Indonesia, Majelis Syuro Muslimin Indonesia, dan independen. Sutan Sjahrir dari PSI selain sebagai perdana menteri, juga menjabat sebagai Menteri Dalam Negeri dan Menteri Luar Negeri. Sedangkan Wakil Menteri Dalam Negeri yaitu Mr. Harmani.

Kemudian Menteri Keamanan Rakyat oleh Amir Sjarifuddin, dan wakilnya Abdul Moerad sampai Januari 1946 lalu digantikan Soegiono Josodiningrat, Menteri Kehakiman Mr. Soewandi, Menteri Penerangan Amir Sjarifuddin sampai 3 Januari 1946 dan digantikan Mohammad Natsir, Menteri Keuangan Soenarjo Kolopaking sampai 5 Desember 1945 dan digantikan Ir. Soerachman Tjokroadisoerjo.

Lalu Menteri Kemakmuran Ir. Darmawan Mangoenkoesoemo, Menteri Perhubungan Ir. Abdoelkarim, dan Menteri Pekerjaan Umum Ir. Putuhena, Menteri Sosial Dr. Adji Darmo Tjokronegoro sampai 5 Desember 1945 dan digantikan Dr. Sudarsono, Menteri Pengajaran TSG Mulia, Menteri Kesehatan Dr. Darma Setiawan, Menteri Negara H. Rasjidi.

Adapun program kerja Kabinet Sjahrir I yaitu:

1. Menyempurnakan susunan Pemerintah Daerah berdasarkan kedaulatan Rakyat.

2. Mencapai Koordinasi segala tenaga rakyat di dalam usaha menegakkan Negara Republik Indonesia serta pembangunan masyarakat yang berdasarkan keadilan dan peri-kemanusiaan.

3. Berusaha untuk memperbaiki kemakmuran rakyat di antaranya dengan jalan pembagian pangan.

4. Berusaha mempercepat keberesan tentang hal uang Republik Indonesia.

Kabinet Sjahrir II

Kabinet Sjahrir II menjalankan roda pemerintahan pada periode 12 Maret 1946 hingga 2 Oktober 1946. Jumlah menterinya bertambah menjadi 16 sementara wakil menteri jadi 10. Partai anggota juga bertambah dengan kehadiran Partai Nasional Indonesia. Adapun menteri-menterinya yaitu Sutan Sjahrir selaku perdana menteri dan Menteri Luar Negeri, kemudian Menteri Muda Luar Negeri diduduki Agus Salim.

Menteri Dalam Negeri oleh Sudarsono, Menteri Pertahanan Amir Sjarifuddin dan wakilnya Arudji Kartawinata, Menteri Kehakiman oleh Soewandi menjabat 12 Maret 1946 tapi mengundurkan diri pada 22 Juni 1946 sementara wakilnya Hadi, Menteri Penerangan Mohammad Natsir, serta Menteri Keuangan Surachman Tjokroadisurjo dan wakilnya Sjafruddin Prawiranegara.

Menteri Pertanian dan Persediaan Zainuddin Rasad dan wakilnya Saksono, keduanya menjabat sampai 26 Juni 1946, Menteri Perdagangan/Perindustrian digabung dengan Menteri Pertanian dan Persediaan berubah menjadi Menteri Kemakmuran pada 26 Juni 1946 dengan Darmawan Mangunkusumo sebagai Menteri dan Saksono sebagai Wakil/Menteri Muda. Zainuddin Rasad mengundurkan diri.

Kemudian Menteri Perhubungan Abdoelkarim, dan wakilnya Djuanda Kartawidjaja. Menteri Pekerjaan Umum Martinus Putuhena dan wakilnya Herling Laoh, Menteri Sosial Maria Ulfah Santoso dan wakilnya Abdul Madjid Djojohadiningrat, Menteri Pengajaran Muhammad Sjafei dan wakilnya TSG Mulia, Menteri Agama Rasjidi, Menteri Kesehatan Darma Setiawan dan wakilnya J. Leimena, serta Menteri Negara Urusan Pemuda Wikana.

Kabint Sjahrir III

Kabinet Sjahrir III adalah kabinet ketiga yang dibentuk oleh Perdana Menteri Indonesia Sutan Sjahrir pada 2 Oktober 1946 dan bertugas hingga 27 Juni 1947. Kabinet ini digantikan oleh Kabinet Amir Sjarifuddin I. Jumlah menteri 20 sedangkan wakilnya 12 orang. Jumlah partai bertambah yakni Partai Komunis Indonesia atau PKI dan Partai Buruh.

Selain sebagai perdana menteri, Sutan Sjahrir juga masih menjabat sebagai Menteri Luar Negeri, sementara Wakil Menteri Luar Negeri oleh Agoes Salim, Menteri Dalam Negeri Mohammad Roem dan wakilnya Wijono, Menteri Kehakiman Susanto Tirtoprodjo dan wakilnya Hadi, Menteri Keuangan Syafrudin Prawiranegara dan wakilnya Lukman Hakim.

Kemudian Menteri Kemakmuran AK Gani dan wakilnya Jusuf Wibisono, Menteri Kesehatan Darma Setiawan dan wakilnya J. Leimena, Menteri Pendidikan dan Kebudayaan Soewandi dan wakilnya Gunarso, Menteri Sosial Maria Ulfah Santoso dan wakilnya Abdoelmadjid Djojoadhiningrat, Menteri Agama Faturrachma, Menteri Keamanan Rakyat Amir Sjarifuddin dan wakilnya Harsono Tjokroaminoto.

Lalu Menteri Penerangan Mohammad Natsir dan wakilnya AR Baswedan, Menteri Komunikasi Djuanda Kartawidjaja dan wakilnya Setyadjit Soegondo, Menteri Pekerjaan Umum Martinus Putuhena dan wakilnya Herling Laoh. Kemudian Menteri Negara yakni Sultan Hamengkubuwono IX, Wahid Hasyim, Wikana urusan pemuda, Sudarsono, Tan Po Gwan urusan Peranakan, dan Setiabudi atau Douwes Dekker.

HENDRIK KHOIRUL MUHID I  SDA

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus