Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Bepergian buat teman difabel bukanlah aktivitas yang mudah dilakukan. Saat mudik dan arus balik Lebaran ini misalnya, sejumlah penyandang disabilitas mengungkapkan berbagai tantangan yang mereka hadapi ketika hendak berangkat hingga selama perjalanan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pengguna kursi roda yang juga koordinator Gerakan Mudik Ramah Anak dan Disabilitas, Catur Sigit Nugroho mengatakan yang paling sulit dia lakukan saat bepergian adalah ketika hendak ke toilet. "Toilet di sebagian rest area dan toilet di dalam moda transportasi tidak dapat digunakan oleh pengguna kursi roda. Ini sangat menyulitkan," kata Catur Sigit Nugroho.
Pengguna kursi roda lainnya, Fitri berulang kali mengalami penolakan dari pengelola moda transportasi dan penyedia jasa travel saat hendak bepergian. "Mereka menolak mengangkut penumpang disabilitas dengan alasan tidak memiliki sumber daya yang cukup untuk mendampingi," ucap dia.
Tak hanya berdalih tak memiliki tenaga pendamping, penyedia jasa angkutan umum juga menyatakan tidak punya fasilitas yang memadai untuk penumpang penyandang disabilitas. "Untuk penumpang dengan kursi roda, mereka menyatakan keberatan jika harus menaik-turunkan kursi roda saat berhenti dan tiada ruang untuk kursi roda di dalam bus," ucap Fitri.
Bukan hanya pengguna kursi roda yang mengalami kesulitan mengakses toilet saat bepergian, tunanetra juga merasakan hal yang sama. Juwita Maulida misalnya, tunanetra yang melakukan perjalanan dengan kereta api dari Jakarta ke Bojonegoro, Jawa Timur.
"Saya dapat menikmati perjalanan sendirian kali ini. Hanya saja, saya bingung bagaimana kalau ingin ke toilet," kata dia. Letak toilet yang berada di ujung gerbong kereta menyulitkan tunanetra jika tidak didampingi.
Mereka bisa saja berjalan sendiri menelusuri kursi sampai ke toilet yang tersedia di setiap sudut gerbong kereta. "Tapi bagaimana caranya saya bisa kembali ke tempat duduk semula?" ucap Juwita Maulida.
Terlebih jika perjalanan kereta dilakukan pada malam hari, ada rasa sungkan meminta tolong penumpang lain untuk mengantar ke toilet karena khawatir penumpang tersebut sedang istirahat. "Saya enggak ingin merepotkan penumpang lagi, tapi mau bagaimana lagi," kata Anita Julianti, tunanetra yang mudik menggunakan kereta api dari Jakarta ke Semarang, Jawa Tengah.