Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Mayor Jenderal Purnawirawan Tubagus Hasanuddin atau yang akrab disapa TB Hasanuddin tak menyangka dirinya bakal maju sebagai calon Gubernur Jawa Barat pada Pilkada 2018. "Saya baru tahu sebagai calon gubernur itu pada jam 10 malam, hari Sabtu," ujarnya sehari setelah pengumuman, Senin, 8 Januari 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ketua Umum Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) Megawati Soekarnoputri mengumumkan pencalonan TB Hasanuddin menjadi calon Gubernur Jawa Barat berpasangan dengan Inspektur Jenderal Anton Charliyan di markas PDIP di Lenteng Agung, Jakarta, sehari sebelum pendaftaran calon kepala daerah di Komisi Pemilihan Umum (KPU). Keputusan PDIP mengusung pasangan itu sempat mengejutkan, lantaran sebelumnya tersiar kabar partai berlambang kepala banteng moncong putih itu bakal mendukung Wali Kota Bandung Ridwan Kamil.
Baca: TB Hasanuddin-Anton Charliyan Akan Pakai Strategi Sangkuriang
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Saat pengumuman, Megawati menuturkan Hasanuddin dan Anton siap bertarung di Pilkada Jawa Barat. "Ini pertarung, dan pasangan berlatar belakang TNI-Polri ini siap bertarung," ujarnya, Minggu, 7 Januari 2018.
Ketika itu, Megawati juga mengungkapkan dirinya sudah mengenal Hasanuddin sejak dirinya menjabat sebagai Presiden RI. Bahkan, Mega yang menginginkan Hasanuddin tetap menjabat sebagai Sekretaris Militer meski saat itu Hasanuddin dicap sebagai orang dekat presiden sebelumnya, B. J. Habibie.
Hasanuddin memulai karirnya di militer setelah lulus AKABRI 1974. Selang setahun, pria kelahiran Majalengka, 8 September 1953 ini ditugaskan di Batalyon Kodam Siliwangi hingga 1983. Setelah itu dia dipercaya menjadi Instruktur AKABRI Magelang selama 2 tahun, lalu ditugaskan di Kodam I Aceh hingga 1989.
Baca: Cerita TB Hasanuddin Dampingi Habibie, Gus Dur, hingga Megawati
Karirnya kian menanjak. TB Hasanuddin mengajar di SESKOAD Bandung dan menjadi Komandan Sektor Pasukan Perdamaian PBB di Irak pada 1992 selama setahun. Kemudian, ia ditarik kembali untuk berdinas di Kostrad dan Kodam Jaya. Karirnya makin dekat dengan kekuasaan saat menjadi ajudan Wakil Presiden Try Sutrisno.
Saat menjadi ajudan Habibie, Hasanuddin menjadi salah satu peristiwa kontroversi soal kabar dilucutnya Prabowo Subianto yang kala itu berpangkat Letnan Jenderal karena memaksa bertemu Habibie. Menurut TB Hasanuddin, cerita soal dilucuti itu tidak benar. "Bohong itu, beliau baik-baik saja," ujarnya mengklarifikasi.
Ketika Abdulrahman Wahid atau yang akrab disapa Gus Dur menjadi presiden menggantikan Habibie, TB Hasanuddin sempat diminta menjadi pengawal presiden. "Kami ikut saya, ngawal. Ya sudah jadi pengawal Gus Dur. Saya jadi pengawal sambil menunggu pengganti saya datang," tutur Hasanuddin.
Saat Gus Dur menjadi Presiden RI, pangkatnya naik menjadi jenderal. "Kami jadi Jenderal, kata Gus Dur, tapi jangan jauh-jauh dari Jakarta, ya. Saya ditempatkan di Garnisum (Kepala Staf Garnisun Jakarta). Jadi komandan Garnisun, naik saya jadi jenderal," tuturnya.
Setelah itu, TB Hasanuddin dipindahkan menjadi Sekretaris Militer Presiden. Sempat digunjingkan sebagai orang Habibie, Megawati tetap mempertahankannya. "Kami di sini saja," kata TB Hasanuddin menirukan ucapan Megawati saat itu.
Saat usianya 53 tahun, TB Hasanuddin menjabat sebagai Staf Mabes TNI AD hingga 2009. Pensiun dengan pangkat mayor jenderal, dia bergabung dengan PDIP Perjuangan. Pada 2009, dia menjadi anggota DPR dan diaulat sebagai wakil ketua Komisi I. Bahkan pada pemilu berikutnya, ia terpilih kembali menjadi anggita Dewan periode 2014-2019. Di kepengurusan partai, Hasanuddin dipercaya sebagai Ketua DPD PDIP Jawa Barat.
Secara elektabilitas, TB Hasanuddin jauh di bawah Ridwan Kamil. Direktur Utama Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), Djayadi Hanan menilai Hasanuddin yang diusung PDIP itu kurang kuat bertarung di pemilihan gubernur Jawa Barat 2018. "Lemah di figur, kuat di partai," ujarnya saat dihubungi Tempo, 9 Januari 2018.
Djayadi menuturkan, berdasarkan hasil survei Oktober 2017, elektabilitas TB Hasanuddin hanya berada di angka 1 persen. Sedangkan, Anton saat itu belum muncul sama sekali. Pada saat bersamaan, Ridwan Kamil menempati posisi tertinggi di angka 25-30 persen diikuti Deddy Mizwar di angka 15-19 persen dan Dedi Mulyadi di bawah 15 persen. Untuk itu, menurut dia, PDIP harus berusaha keras mengejar ketertinggalan pesaingnya yang sudah lebih lama beredar.
TB Hasanuddin dan Anton Charlian menyadari mereka harus bekerja dengan cepat setelah ditetapkan sebagai calon gubernur. "Strategi kami adalah strategi Sangkuriang. Dia (Sangkuriang) kan bisa bekerja dalam waktu yang cepat," kata Anton yang merupakan mantan Kapolda Jawa Barat itu, setelah resmi diumumkan jadi calon wakil TB Hasanuddin, Minggu, 7 Januari 2018.