Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Dewan Pers telah mencatat terdapat sekitar 40 ribu media di Indonesia yang memberikan ruang ekspresinya masing-masing bagi setiap orang. Sebagian besar media memang berkutat di wilayah yang sama, seperti berita singkat (hard news). Namun, banyak juga media yang mengeksplorasi secara lebih jauh tentang keunikan tema, cara penyampaian kepada publik, dan kelompok yang diwakili (keberpihakannya). Ini telah membuktikan bahwa media di Indonesia setiap tahunnya semakin mengepakkan sayapnya lebih jauh.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Eksplorasi dalam media terlihat pada 164 pendaftar Independent Media Accelerator (IMA). IMA merupakan ajang untuk meningkatkan kapasitas komunitas media kecil dalam berbagai bidang agar menjadi lebih baik. Bidang yang coba ditingkatkan dalam ajan ini, yaitu kualitas jurnalisme, model bisnis, dan transformasi digital.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ajang IMA merupakan inisiasi dari Tempo Institute bersama sejumlah lembaga lainnya. Pendaftaran IMA telah ditutup pada 25 Juli lalu dengan pendaftar yang sangat beragam dengan menampilkan keunikannya masing-masing.
Pendaftar IMA didominasi media yang alat penyampaian informasinya menggunakan platform situs web dengan beragama teks, seperti artikel ataupun tulisan. Kendati demikian, banyak pula media kecil dan menengah yang memanfaatkan secara optimal platform multimedia, salah satunya adalah video. Bahkan, tidak jarang pula media yang sudah meninggalkan platform berisi teks-teks dan beralih sepenuhnya dalam ranah multimedia, tertulis pada rilis 3 Agustus 2022.
Pada ajang IMA kali ini, terdapat suatu hal yang sangat unik antara lain ketika beberapa media memakai alat penyampaian yang tidak biasa, seperti melalui komik atau kaus. Berita tidak disampaikan melalui artikel tulisan atau media elektronik hal yang sangat unik dan menghibur.
Selain itu, keberpihakan masyarakat yang diwakili oleh setiap media juga sangat beragam. Terdapat media yang mewakili suara dari kelompok teman-teman difabel. Selama ini, memang benar bahwa para penyandang difabel jarang terdengar suaranya dalam media arus utama.
Terdapat pula kelompok wanita yang suaranya terwakilkan dalam IMA 2022. Bahkan, sejumlah media mewakili desa dan kampung tertentu. Akhirnya, kelompok marginal yang selama ini kurang mendapat suara dan tidak terwakilkan dengan baik, bisa didengar dalam media-media khusus komunitas tersebut. IMA menjadi ajang bagi media di Indonesia mewakili suara kelompok marginal, .
Saat ini, para juri yang terdiri dari Tempo Institute, Aliansi Jurnalis Independen (AJI), ataupun Asosiasi Media Siber Indonesia (AMSI) sedang melakukan seleksi berita dari para peserta. Para juri pun sepakat untuk memilih 20 media yang akan berkesempatan mengikuti pelatihan secara daring (online) dan luring (offline). Pelatihan yang dilaksanakan secara hybrid (daring dan luring) tersebut akan dilaksanakan pada pertengahan sampai akhir bulan Agustus.
RACHEL FARAHDIBA R
Ikuti berita terkini dari Tempo di Google News, klik di sini.