Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Gunungkidul - Mulai 2020, gelaran nasional Temu Inklusi akan disebar ke berbagai daerah di Indonesia. Berbeda dengan tiga acara Temu Inklusi sebelumnya yang diadakan setiap dua tahun sekali sejak 2014 yang dipusatkan di wilayah Yogyakarta yang berada di Pulau Jawa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
"Jadi mulai 2020 ide-ide inklusi bisa disebarkan ke seluruh Indonesia," kata Suharto, Direktur Sasana Inklusi dan Gerakaan Advokasi Difabel atau Sigap seusai pembukaan Temu Inklusi #3 di Lapangan Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Selasa, 23 Oktober 2018.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Temu Inklusi #1 pada 2014 diadakan di Desa Sendangtirto, Kecamatan Berbah, Kabupaten Sleman yang merupakan lokasi Sekretariat Sigap sebagai inisiator. Gelaran kedua diadakan di Desa Sidorejo, Kecamatan Lendah, Kabupaten Kulon Progo. Dan yang ketiga di Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul. "Kenapa tiga kali di Yogyakarta? Karena basisnya di Yogyakarta. Jadi diutamakan di sana," kata Suharto.
Temu Inklusi 2020 akan berlangsung di Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan. Suharto mengatakan, sebaiknya lokasi pelaksanaan temu inklusif berada di pedesaan supaya siap untuk menjadi inklusif. "Karena difabel bagian dari masyarakat. Nanti bisa pinjam fasilitas desa karena itu bagian dari upaya pelaksanaan program inklusi," ucap Suharto.
Salah satu difabel peserta Temu Inklusi 2018 tengah menyampaikan pertanyaan dalam sesi konferensi pers di Balai Desa Plembutan, Kecamatan Playen, Kabupaten Gunungkidul, Selasa, 23 Oktober 2018. TEMPO | Pito Agustin Rudiana
Wakil Bupati Bulukumba, Tomy Satria Yulianto mendukung pelaksanaan temu inklusi yang tak hanya terpusat di Pulau Jawa. Dia menyatakan tengah mempersiapkan Desa Kabuno, Kecamatan Bulukumba, Kabupaten Bulukumba, Sulawesi Selatan, sebagai tempat Temu Inklusi dua tahun ke depan. "Luar Jawa bisa menjadi target strategis menuju Indonesia Inklusif 2030," kata Tomy Satria seraya mengutip tema Temu Inklusi #3, yaitu 'Menuju Indonesia Inklusif 2030 melalui Inovasi Kolaboratif'.
Beberapa upaya yang dilakukan di Desa Kabuno, menurut Tomy Satria, di antaranya menyiapkan tempat-tempat fasilitas umum yang mudah diakses bagi difabel. Termasuk melakukan rehabilitasi bangunan dan membuat fasilitas baru yang ramah difabel, seperti di tempat-tempat ibadah.
Berdasarkan catatan panitia, jumlah peserta dalam Temu Inklusi #3 sebanyak 700 orang. Mereka berasal dari berbagai perwakilan organisasi difabel dan masyarakat sipil di 14 provinsi di Indonesia. Peserta yang menginap ditempatkan di rumah-rumah penduduk yang merupakan bagian dari proses menuju masyarakat inklusif.