Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Hampir setiap hari Bee Maylan berolahraga jalan kaki di dalam Kebun Raya Bogor. Bersama sekitar 300 anggota perkumpulan pejalan kaki Tjentjung, dia bisa masuk kapan saja ke sana—di pagi buta sekalipun. Kartu anggota Tjentung sekaligus berfungsi sebagai pass masuk ke wahana seluas 87 hektare itu. ”Kami biasa berjalan kaki dari jam tujuh hingga jam delapan,” ujarnya kepada Tempo pekan lalu.
Keampuhan kartu anggota perkumpulan itu sebentar lagi bakal majal. Maylan, 46 tahun, dan teman-temannya bakal terhalang masuk Kebun Raya Bogor. Persisnya sejak 16 sampai 20 November. ”Gara-gara Bush mau datang,” kata perempuan itu dengan kesal.
Lho, apa urusan kedatangan Presiden Amerika Serikat George Walker Bush itu dengan terganjalnya acara jalan pagi warga Bogor? Apalagi kalau bukan soal keamanan? Ya, Bush akan bertemu dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono di Istana Bogor pada 20 November nanti. Kulit pemimpin negeri adidaya itu tak boleh lecet sedikit pun. Maka kalang kabutlah semua pihak. Area dalam radius dua kilometer dari Istana Bogor harus steril. Aparat akan melakukan pengamanan berlapis dalam lima ring.
Inilah yang akan terjadi. Pada saat Tuan Bush datang, semua angkot yang melintasi jalur Kebun Raya harus pindah operasi. Menurut Kepala Dinas Lalu Lintas Angkutan Jalan Kota Bogor, Idih O. Wiharja, koridor yang akan dibersihkan adalah Jalan Raya Pajajaran, Jalak Harupat, Ir H. Juanda, dan Jalan Otto Iskandar Dinata.
Bisa dibayangkan, perubahan itu bakal membikin macet wilayah lain, karena nyaris semua angkot sejatinya melintasi Kebun Raya. ”Bogor akan lumpuh,” kata Dwi Sunuh Subroto, Kepala Sekolah Menengah Umum Regina Pacis. Dwi jadi teringat saat Bogor jadi tuan rumah Konferensi Asia Pacific Economic Cooperation pada 1994. Ketika itu perubahan jalur angkot dilakukan. Bogor ”tak bergerak”. Maka dia berancang-ancang meliburkan siswanya saja, dan para murid kehilangan satu hari produktif menimba ilmu.
Langkah itu ternyata diikuti sebagian sopir angkot. ”Saya tidak akan narik, dan tidur saja di rumah,” kata Asep, pengemudi jurusan Cimahpar-Pasar Bogor. Akibatnya, ia mesti mengikhlaskan kehilangan pendapatan Rp 50 ribu. Bukan hanya Asep seorang yang ”berkorban”. Semua pedagang kaki lima di sekitar Kebun Raya juga disapu bersih.
Sehari-hari, di sinilah penjual es duren, pedagang sayuran, pernak-pernik, pengecer koran, dan pedagang lain mencari sesuap nasi. Selain itu ada sekitar 2.000 pedagang di Pasar Anyar, Pasar Bogor, dan Pasar Merdeka.
Nah, pada hari Pak Bush dan Pak SBY membahas soal-soal penting dunia, mereka dilarang mencari nafkah. ”Sudah ada pemberitahuan dari pamong praja,” kata Farid, pedagang pernak-pernik. Menurut Ardi, penjual es duren, mereka dilarang dagang sejak tiga hari sebelum hari H. Jika itu terjadi, ia mesti rela kehilangan penghasilan Rp 600 ribu.
Untuk memastikan skenario itu berjalan lancar, Kepolisian Wilayah Bogor menyiapkan 3.000 personel. ”Mereka disebar di seputar Istana Bogor dan Kebun Raya,” ujar Kepala Kepolisian Wilayah Bogor Komisaris Besar Sukrawardi Dahlan. Penembak jitu juga disebar di berbagai titik strategis. Jumlah itu masih akan ditambah bantuan dari Markas Besar Kepolisian dan Tentara Nasional Indonesia.
Presiden Bush tentu saja membawa tim pengamanannya sendiri. Kehadir-an mereka terlihat menyolok di Hotel Salak yang menghadap ke Istana Bogor. Dalam beberapa hari terakhir orang-orang itu tampak berseliweran. Postur tubuh mereka tegap-tegap. Di antaranya ada yang mengenakan tanda pengenal Kedutaan Besar AS. ”Mereka sudah mensurvei sejak Oktober,” kata Rini Sumartini, juru bicara Hotel Salak.
Menurut resepsionis Hotel Salak, semua kamar hotel bintang empat itu sudah dipesan Kedutaan untuk tanggal 8-22 November. Tapi, menurut Rini, mereka hanya memesan 80 persen dari 120 kamar yang ada.
Keriuhan berbagai pengamanan itu seimbang dengan kesibukan di ring satu, yakni Kebun Raya. Di areal yang berfungsi sebagai resapan air itu tengah dibangun helipad—persisnya 10 meter dari kolam teratai raksasa. Landasan itu kelak untuk pendaratan helikopter Chynnox yang ditumpangi Bush. Ada dua helipad yang disiapkan. Masing-masing berukuran 18 x 18 meter. Sekitar 60 pekerja harus lembur 18 jam lebih per hari untuk menyiapkan landasan. ”Perintahnya, harus jadi secepatnya,” kata Edy, pengawas proyek.
Tentu saja, pengurus Kebun Raya tak bisa berbuat apa-apa. Tetapi mereka harus memikirkan keselamatan teratai raksasa bergaris tengah 1,5 meter (Victoria amazonica) dari hempasan angin baling-baling heli. Maka teratai raksasa tersebut mesti dipindahkan sementara ke kolam lain. ”Kami minta helipad dibongkar seusai kunjungan Bush,” kata juru bicara Kebun Raya Bogor, Sugiarti.
Aksi mensterilkan Bogor kian komplet dengan pemutusan jaringan seluler selama 10 jam. Manajer Area Satelindo Syarif Hidayat menjanjikan kota itu akan senyap dari hubungan seluler pada ”hari keramat” itu. Syahdan, Kedutaan Besar AS yang meminta agar saluran seluler dibekap dulu. Pokoknya, pengamanan komplet dah!
Semoga Tuan Bush dapat menikmati kenyamanan di kota yang telah disterilkan ini.
Poernomo Gontha Ridho, Deffan Purnama (Bogor)
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo