Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
BAYANGAN maut itu masih sering berkelebat di benak Munir Che Anam. Suara tembakan, berganti-ganti dengan bentakan, dan raungan kucing sakit yang diperdengarkan ke kupingnya selama berhari-hari terus saja terngiang-ngiang, menciutkan nyali. Itulah pengalaman Munir, mahasiswa Fakultas Dakwah IAIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta, serta salah satu aktivis Persatuan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII).
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo