Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Politik

Tertolong tembakau

Cibugel, desa terisolir di sumedang, jawa barat, pernah diterjang gerombolan kartosuwiryo & g30s/pki. kini, hutan-hutan gundul dimanfaatkan penduduk untuk tembakau. (ds)

15 Mei 1976 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

DESA Cibugel terletak di ujung selatan kabupaten Sumedang berbatasan dengan Garut. Jaraknya, hanya 26 Kilometer saja dari kota Sumedang. Walau begitu, kendaraan tak bisa tembus dari Sumedang ke Cibugel, sebab jalan yang ada hanya setapak saja. Itupun harus naik turun bukit. Alhasil, jika Bupati Sumedang sekali-sekali ingin menengok desanya yang terpencil ini, ia harus melingkar dulu ke Cileunyi, lalu masuk kabupaten Garut. Sampai di Limbangan. belok lagi ke kiri. Dari sana masih ada jarak 18 kilometcr lagi. Ini pun baru setengahnya yang beraspal. Sisanya, masih berupa batu-batu berserakan memenuhi jalan yang persis seperti punggung kura-kura, tinggi di tengah. Di suatu tempat bahkan jalan itu melintas ke tengah lapangan sepakbola. Cibugel yang luasnya sekitar 2000 hektar ini, termasuk desa rawan. "Di tahun 1969, kami kelaparan, bahkan sampai kena HO", kata Adimaja yang menjadi Kuwu sejak Maret 75. Desa dengan penghuni 6000 jiwa ini hanya memiliki sawah sekitar 400 hektar. "Itu pun hanya setengahnya yang bisa panen dua kali setahun", kata Adimaja yang bekas kepala sekolah itu. Di zaman Belanda, Cibugel termasuk perkebunan teh. Tanah bekas perkebunan teh ini, seluas 300 hektar, sekarang dibiarkan saja, tidak digarap. "Tanah itu menjadi sengketa bertahun-tahun antara desa dengan kehutanan", kata Kuwu Adimaja. Pernah direncanakan, 200 hektar tanah tersebut akan diberikan kepada desa, sedan sisanya akan diserahkan kepada kehutanan. Tapi desa meminta seluruhnya. Hubungan antara kehutanan dengan desa di Cibugel ini tampak kurang serasi. "Hutan kami sudah gundul", kata Adimaja sambil menunjuk ke bukit sekeliling "Karena hutan yang gundul itu ditanami oleh rakyat, maka kamilah yang disalahkan", katanya. Padahal, menurut Adimaja yang telah dua kali menjadi kuwu ini, soalnya terletak pada pengawas hutan yang kurang tanggung jawab. "Hutan itu mereka jual belikan", katanya lagi. Kayu dari hutan Cibugel itu kebanyakan dijual di Cicalengka. Juga Apel Desa Cibugel pernah dua kali mengalami malapetaka. Pertama tahun 1959, ketika desa yang waktu itu hanya menjadi sebuah kampung besar ini diterjang gerombolan Kartosuwiryo. Tak kurang dari 219 orang meninggal hanya dalam waktu semalam. Belum juga luka itu sembuh betul, datang lagi bencana Gestapu itu: 72 orang dinyatakan PKI. "Bahkan di antaranya ada yang ikut ke Lubang Buaya", kata Adimaja. Tapi sejak tahun-tahun belakangan ini, tampaknya Cibugel mulai berbenah juga. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya, di mana setiap musim panen orang sibuk bikin kenduri untuk kemudian disambung dengan musim paceklik berbulan-bulan, sekarang sudah dicoba didirikan lumbung di setiap RT yang jumlahnya 32. Selain itu, tembakau yang menjadi tanaman utama di hutan yang telah gundul memberikan penghasilan yang lebih dari lumayan. Sekali panen ada yang memungut hasil sampai 500 ribu rupiah. Jumlah yang cukup mengagumkan buat ukuran sana. Selain itu sedang dicoba pula memperluas sawah dengan gotong royong membuat pengairan. Tahun ini diharapkan jumlah sawah akan bertambah 50 hektar lagi. Dengan ketinggian 900 meter dari muka laut, Cibugel juga diperkirakan cocok buat apel. Pemerintahan ada memberikan bibit dengan harga 250 rupiah per batang. Celakanya, ada pula yang memaksakan supaya Cibugel menanam kelapa, bukan apel. "Hal ini kami tolak", kata Adimaja. "Lihat saja, mana kelapa bisa subur di sini", tambahnya. Seribu bibit apel yang ditanam sebagai percobaan, sekarang hampir membawa hasil.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus