Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Seorang guru di Sekolah Luar Biasa atau SLB Negeri 6 Jakarta, Tati Leliana Purba berbagi tips mengajarkan anak-anak difabel. Perempuan yang biasa disapa Leli ini mengatakan pakem yang harus diperhatikan oleh setiap guru adalah mengajari dengan hati.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
"Jangan bawa perasaan dan harus ekstra sabar," kata Leli saat ditemui di Jakarta, Senin 25 November 2019. Jangan lupa untuk selalu memberikan apresiasi dan semangat apapun pencapaian murid-murid difabel. "Kemajuan sekecil apapun menjadi pencapaian yang berharga buat mereka.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Leli yang mengajarkan keterampilan membuat kerajinan untuk anak berkebutuhan khusus ini awalnya mempelajari perilaku dan bahasa mereka. Dia terus mencari cara untuk melatih kepercayaan diri anak didiknya. Cara sederhana dalam meningkatkan kepercayaan diri kepada anak difabel adalah tidak menghakimi apa yang mereka lakukan.
"Semua teknik diajarkan pelan-pelan sesuai tahapan. Jangan bilang salah kepada mereka, tapi langsung beri aksi bagian mana yang mesti diubah," kata dia. "Enggak bisa cuma sekali dua kali mengajari mereka. Tidak boleh bosan dan terus mencari cara."
Guru, Leli melanjutkan, juga harus terus mengingatkan kalau keterampilan ini bermanfaat dan dapat menjadi bekal mereka di masa depan. Hanya saja, jika siswa terlihat sudah merasa bosan, maka guru tak perlu memaksakan dan mampu mengalihkan ke kegiatan lain.
Hasil kerajinan buatan anak-anak berkebutuhan khusus didikan Leli diberi nama Tama, kependekan dari tangan dan mata. Kini, mereka mengerjakan produk yang menggunakan pewarna alam, seperti shibori.
Tak muluk-muluk, Leli hanya ingin anak didiknya mandiri dan produktif setelah lulus kelak. "Orang harus membeli produk buatan anak didik saya karena karya tersebut memang berkualitas, bukan karena kasihan," ucap dia.
EKA WAHYU PRAMITA