Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Tanda tangan menjadi salah satu aktivitas yang menyulitkan untuk tunanetra. Sayangnya, sebagian prosedur administrasi masih mensyaratkan tanda tangan tanpa menerapkan metode pengganti, seperti cap jempol.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Difabel netra Oki Kurnia mengatakan sulit bagi tunanetra untuk membuat sebuah goresan yang selalu konstan saat tanda tangan. "Kami tidak dapat kembali ke goresan awal ketika membuat sebuah tandatangan," kata Oki yang kehilangan penglihatan sejak lahir saat dihubungi Tempo, Minggu 12 Juli 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Sebab itu, dia melanjutkan, sebagian besar tunanetra membuat tanda tangan yang amat sederhana, yakni berbentuk bulat atau garis lurus. Selain membuat dua model tanda tangan sederhana tadi, Oki Kurnia berbagi tips supaya proses membubuhkan tanda tangan bagi tunanetra berjalan lancar.
Agar bentuk tanda tangan tetap konsisten, Oki Kurnia menyarankan, tempelkan telunjuk pada kertas sebagai titik awal goresan. Bagi difabel netra yang memiliki orientasi bentuk dan ruang yang kurang begitu baik, gunakan tanda tangan dengan pola sederhana, seperti bentuk huruf nama depan.
Difabel netra juga dapat membuat tanda tangan dengan pola yang tidak memerlukan gerakan mengulang dari goresan pertama. "Semua pola tersebut harus dilatih dan diulang-ulang agar tidak canggung ketika diminta tanda tangan," kata Oki.
Yang juga perlu dilatih adalah perkiraan ukuran tanda tangan. Terkadang tanda tangan yang dibuat tunanetra, menurut dia, terlalu panjang. Cara mengukur panjang tanda tangan bisa dilakukan dengan menggeser sedikit jari yang memegang pena.