Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Top 3 Tekno dimulai dari topik tentang Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih disorot pasca kabar pemecatan terhadap Dekan Fakultas Kedokteran Unair Budi Santoso, ramai diperbincangkan publik. Melalui pesan tertulis di Whatsapps Group, pria yang akrab disapa Prof Bus ini mengabarkan pemecatan itu disinyalir terkait pernyataannya di media massa bahwa ia menolak kebijakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengizinkan dokter asing berpraktik di Indonesia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Berita populer selanjutnya tentang Fakultas Kedokteran Unair mendapat sorotan setelah dekannya, Profesor Budi Santoso atau kerap disapa Prof Bus, dicopot dari jabatannya oleh Rektor Unair, Muhammad Nasih. Pencopotan tersebut ditengarai karena Prof. Bus menolak program pemerintah mendatangkan dokter asing.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Selain itu, pemecatan Profesor Budi Santoso baru-baru ini menimbulkan banyak pertanyaan. Pasalnya, pemecatan yang dilakukan oleh Rektor Unair, Mohammad Nasih, atas dasar alasan yang tidak jelas. Siapa saja anggota Majelis Wali Amanat Unair?
Rektor Universitas Airlangga (Unair), Mohammad Nasih disorot pasca kabar pemecatan terhadap Dekan FK Unair Budi Santoso, ramai diperbincangkan publik. Melalui pesan tertulis di Whatsapps Group, pria yang akrab disapa Prof Bus ini mengabarkan pemecatan itu disinyalir terkait pernyataannya di media massa bahwa ia menolak kebijakan Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin yang mengizinkan dokter asing berpraktik di Indonesia.
Mohammad Nasih enggan memberikan komentar saat ditemui sebelum dan seusai Salat Jumat, 5 Juli 2024, di masjid di kompleks Kampus C Unair di Surabaya. “Habis Salat Jumat, berdoa dulu ya,” kata Nasih mula-mula kepada awak media.
Namun, setelahnya, dia juga menolak memberi penjelasan. Saat disinggung mengenai pemecatan Prof Bus yang dinilai sebagian kalangan tidak sesuai prosedur, Nasih juga tidak mau menanggapi. “Ya enggak tahu lah ya, enggak tahu saya,” kata Rektor Unair, saat itu.
Ketika awak media menanyai soal Surat Keputusan (SK) pemberhentian Budi Santoso, Nasih jelas menyatakan belum ada. “Ya kalau enggak ada jangan ditulis gitu loh, kalau enggak ada bagaimana,” kata dia.
Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga atau FK Unair mendapat sorotan setelah dekannya, Profesor Budi Santoso atau kerap disapa Prof Bus, dicopot dari jabatannya oleh Rektor Unair, Muhammad Nasih. Pencopotan tersebut ditengarai karena Prof Bus menolak program pemerintah mendatangkan dokter asing.
FK Unair adalah salah satu FK tertua di Indonesia. Dikutip dari laman resmi FK Unair, sejarah FK Unair dimulai dari berdirinya perguruan tinggi di Indonesia. Saat itu pemerintah Hindia Belanda membangun sekolah untuk pendidikan dokter di Jawa, “Dokter Djawa School” (Sekolah Dokter Jawa), di Batavia (kini Jakarta) pada 1851.
Sekolah tersebut menjadi poros pendidikan kedokteran di Indonesia. Setelah berjalan beberapa waktu, pemerintah Hindia Belanda melihat semakin bertambahnya kebutuhan dokter untuk kepentingan kesehatan dan rumah sakit mereka. Akhirnya pada 1902 lembaga itu direorganisasi menjadi School Tot Opleiding van Indische Artsen (STOVIA).
STOVIA, yang saat ini menjadi FK UI, dalam beberapa tahun kemudian, tepatnya pada 1913, membuka cabang sekolah kedokteran di wilayah Surabaya. Surabaya dipilih karena lokasinya yang strategis dan pusat industri sehingga memerlukan tenaga kesehatan yang lebih banyak lagi.
Pemecatan Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Airlangga (Unair), Profesor Budi Santoso atau kerap disapa Prof Bus, baru-baru ini menimbulkan banyak pertanyaan. Pasalnya, pemecatan yang dilakukan oleh Rektor Unair, Mohammad Nasih, atas dasar alasan yang tidak jelas.
Sejumlah kalangan menengarai pencopotan itu karena Prof Bus menolak program pemerintah mendatangkan dokter asing. Salah satu Guru Besar FK Unair, Profesor Abdul Hafid Bajamal, menyebut pemecatan sepihak rektor terhadap koleganya tersebut adalah bentuk kekacauan universitas.
“Apakah keputusan menteri akan terhambat gara-gara pernyataan itu?" kata Hafid kepada Tempo, Sabtu, 6 Juli 2024. “Apakah Prof Bus bicaranya salah di mata pemerintah? Ya kita bicara kan tergantung orang yang menerima. Kalau di mata saya tidak.”
Rektor Unair, Mohammad Nasih, menolak berkomentar soal pencopotan Prof Bus saat ditanyai wartawan usai salat jumat di Masjid Ulul Azmi Kampus C Unair pada 5 Juli 2024. Nasih pun enggan menceritakan soal kronologis pemberhentian Prof Bus. “Nggak ada komentar dulu,” tandas dia.