Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
INFO JABAR — Para peternak ayam mengeluh kesulitan usaha yang dijalaninya karena mahalnya pakan ternak. Keluhan itu disampaikan kepada Wakil Gubernur Jawa Barat (Jabar), Uu Ruzhanul Ulum, saat berkunjung ke peternak ayam dari wilayah Priangan Timur, di aula kantor Sekretariat Daerah Kabupaten Ciamis, Senin, 17 Februari 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Belakangan peternak ayam pedaging dan petelur gulung tikar karena mahalnya pakan ternak. Di Kabupaten Ciamis saja sudah ada 160 dari total 360 peternak ayam menutup usahanya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Untuk mengatasi masalah tersebut, Wagub Uu akan mengundang tiga kementerian sekaligus, yakni Kementerian Pertanian, Kementerian Perindustrian, dan Kementerian Perdagangan.
“Ini permasalahannya berbagai macam kelembagaan dan memerlukan kebijakan-kebijakan berskala nasional, bukan hanya di kami tingkat pemerintah provinsi,” ujar Uu didampingi Wakil Bupati Ciamis Yana D Putra.
Ketua Paguyuban Peternak Ayam Petelur Kabupaten Ciamis, Ade Kusnadi, mengatakan hampir setengah peternak ayam petelur sudah gulung tikar. Menurut dia, pakan ternak mahal dan sulit didapat. “Kenapa beli jagung (impor) itu harus pakai dolar,” tanya Ade.
Menurut dia, pada 2018 harga telur semakin naik. Saat harga telur mahal, tapi kenapa para peternak ayam petelur banyak yang bangkrut.
Data dari Dinas Ketahanan Pangan dan Peternakan Jabar, tingkat konsumsi daging ayam mencapai 8,48 kilogram/kapita/tahun. Hal ini berdampak pada kebutuhan daging Jabar sebesar 493.437 ton atau 614.492.266 ekor. Ketersediaan daging ayam Jabar 858.313 ton atau 740.790.407 ekor, sehingga surplus 362.876 ton.
Sementara itu, konsumsi telur di Jabar mencapai 8,46 kilogram/kapita/tahun, sehingga kebutuhan telur mencapai 492.274 ton dengan ketersediaan telur sebanyak 172.199 ton. Artinya terjadi defisit 320.155 ton yang selama ini dipenuhi dari Sumatera Utara, Jawa Timur, dan Jawa Tengah. (*)