Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
JAKARTA – Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin mengatakan rencana pengiriman vaksin Coronavirus Disease 2019 (Covid-19) buatan AstraZeneca periode Maret dan April 2021 ke Indonesia ditunda. Hal ini akibat embargo yang terjadi di India. Situasi ini terjadi karena India sedang mengalami kenaikan kasus Covid-19, sehingga tidak mengizinkan vaksin tersebut keluar dari negaranya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Dia mengatakan Indonesia menerima vaksin gratis dari COVAX-GAVI, vaksin AstraZeneca, sebanyak 1,1 juta dosis. “Rencananya, kami dapat 2,5 juta pada 22 Maret, kemudian April akan dapat 7,8 juta dosis. Ternyata ditunda, karena ada isu India embargo vaksin," kata Budi Gunadi dalam jumpa pers virtual, akhir pekan lalu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Budi Gunadi mengatakan India memiliki kemampuan produksi vaksin AstraZeneca paling besar di dunia. COVAX-GAVI selaku penyedia vaksin AstraZeneca di Indonesia, kata dia, sedang berupaya menjadwalkan ulang pengiriman vaksin AstraZeneca ke sejumlah negara.
Budi Gunadi bersama Menteri Luar Negeri Retno Marsudi akan melakukan pembicaraan dengan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) guna mengupayakan agar vaksin AstraZeneca bisa dilanjutkan pengiriman tahap selanjutnya ke Indonesia pada Mei atau Juni 2021. "Nanti saya bersama Menlu segera membicarakan ini dengan WHO, dan mudah-mudahan Mei atau Juni sudah bisa lagi dilakukan pengiriman," katanya.
Budi Gunadi menambahkan, jumlah peserta vaksinasi di Indonesia sudah mencapai 10 juta orang hingga Jumat, 26 Maret 2021, dengan kecepatan vaksinasi di Indonesia sudah sesuai dengan ketersediaan vaksin, termasuk vaksin AstraZeneca.
Setelah penggunaannya beberapa hari di Indonesia, vaksin AstraZeneca di Provinsi Sulawesi Utara dihentikan sementara. Penyebabnya, sejumlah warga yang divaksin melaporkan kejadian ikutan pasca-imunisasi (KIPI), seperti demam, menggigil, sakit kepala, dan badan terasa sakit serta lemas. Jumlah kejadiannya tergolong sangat sering. Adapun vaksin ini juga didistribusikan ke tujuh provinsi lainnya, seperti Kepulauan Riau, DKI Jakarta, Bali, Jawa Timur, Sulawesi Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Maluku.
"Dihentikan sementara sambil menunggu penjelasan dan pernyataan resmi dari Kementerian Kesehatan dan WHO Perwakilan Indonesia, terkait dengan surat resmi yang kami kirim 26 Maret 2021," kata Kepala Dinas Kesehatan Sulawesi Utara, Debie K.R. Kalalo, Sabtu, 27 Maret lalu.
Juru bicara Satgas Percepatan Penanganan Covid-19 Sulawesi Utara, Steven Dandel, menjelaskan penghentian sementara itu sebagai langkah kehati-hatian (precaution). Dia menyoroti angka kejadian ikutan pasca-imunisasi yang sebesar 5-10 persen dari total yang disuntik vaksin AstraZeneca. "KIPI ini hadir dalam bentuk gejala demam, menggigil, nyeri badan, nyeri tulang, mual, dan muntah," katanya.
Steven mengatakan, dalam emergency use authorization vaksin AstraZeneca, disebutkan bahwa gejala-gejala tersebut adalah efek samping (adverse effect) yang sifatnya sangat sering terjadi (satu di antara 10 suntikan) dan sering terjadi (berkisar 1 di antara 10 sampai 1 di antara 100 suntikan). "Kami perlu mempersiapkan komunikasi risiko kepada masyarakat untuk dapat menerima fakta ini, supaya tidak terjadi kepanikan di masyarakat," kata dia.
Langkah pertama dari komunikasi risiko itu adalah investigasi atas kejadian ikutan pasca-imunisasi sebelum dilakukan publikasi. Termasuk dalam hal ini pelaporan yang telah dilakukan ke Kementerian Kesehatan dan WHO.
Menurut Steven, langkah ini juga perlu dilakukan untuk menyesuaikan pola dan pendekatan vaksinasi, terutama yang targetnya adalah unit usaha atau institusi. Alasannya, agar tidak dilakukan dalam waktu yang bersamaan terhadap karyawannya.
"Tapi bertahap, supaya unit usaha tidak perlu ditutup kalau ada banyak karyawan yang terkena dampak KIPI," ujarnya.
Sebelumnya, Menteri Koordinator Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan berharap Bali akan mendapat 1,5 juta dosis vaksin Covid-19 buatan AstraZeneca dalam waktu dekat. Hal ini bertujuan menekan penyebaran Covid-19 di Pulau Dewata dan mendorong jumlah wisatawan domestik. “Saya baru saja mendapat kabar dari Jakarta, kami akan berbicara kepada Gubernur terkait vaksin AstraZeneca akan lebih banyak untuk Bali. Jadi, kami harap Bali bisa memperoleh 1,5 juta vaksin,” kata Luhut dalam diskusi virtual, Jumat, 26 Maret lalu.
EKO WAHYUDI | DEWI MURITA | MUHAMMAD HENDARTYO
#ingatpesanibu #cucitangan #pakaimasker #jagajarak
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo