Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Penyandang disabilitas atau difabel adalah salah satu kelompok yang rentan terinfeksi virus corona baru atau COVID-19. Alih-alih menerapkan pencegahan, penyandang disabilitas justru berpotensi menerima diskriminasi dua kali.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Technical Officer Organisasi Kesehatan Dunia atau WHO yang menangani isu difabel, Lindsay Lee mengatakan untuk akses jaminan kesehatan saja, penyandang disabilitas sudah mengalami keterbatasan, apalagi dalam kegiatan pengendalian pandemi seperti corona. "Jarak yang memisahkan semakin besar, di antaranya kebijakan dan program kesehatan," ujar Lindsay Lee seperti dikutip dari UN News, Jumat 20 Maret 2020.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Kebijakan pencegahan virus corona bagi penyandang disabilitas, menurut Lindsay Lee, dianggap tidak tepat. Musababnya, semua itu tidak dapat serta merta diimplementasikan. Lee mencontohkan ihwal higienitas yang bagi sebagian penyandang disabilitas tidak dapat dilakukan. "Sebagian penyandang disabilitas juga tidak dapat menerapkan strategi social distancing karena mereka membutuhkan pendamping. Dengan begitu, mereka harus selalu berinteraksi," kata Lee.
Lee mengatakan penyandang disabilitas memiliki teknik isolasi diri yang berbeda dari non-difabel. Langkah-langkahnya tentu disesuaikan dengan kebutuhan dan kondisi difabel yang berbeda-beda. "Ini juga merupakan bagian dari tindakan mitigasi bersama. Tidak hanya penyandang disabilitasnya, tapi lingkungan di sekitarnya mesti turut mendukung," kata Lee.
Pengacara yang juga Pelapor Khusus PBB tentang Hak-Hak Penyandang Disabilitas, Catalina Devandas Aguilar mengatakan harus ada mekanisme dukungan yang sesuai bagi penyandang disabilitas terkait pencegahan dan pengendalian infeksi virus corona. "Salah satu yang dapat dilakukan adalah dengan menyediakan akomodasi terakses dan sesuai kebutuhan bagi penyandang disabilitas maupun keluarga atau pendampingnya," kata Aguilar.
Sekretaris Jenderal PBB, António Guterres mengimbau semua negara memberikan akses informasi tentang virus corona bagi seluruh kalangan masyarakat, tak terkecuali penyandang disabilitas. "Buatlah pesan yang dapat diakses oleh semua kalangan," kata Guterres. Akses yang dimaksud antara lain tersedia informasi dalam bahasa isyarat, teks berjalan di layar televisi, sampai penggunaan kata-kata yang mudah dimengerti.