Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
TEMPO.CO, Jakarta - Peneliti Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA, Ikrama Masloman, memprediksi angka golput akan meningkat di pemilihan presiden 2019. Prediksi itu berdasarkan hasil sigi LSI yang menunjukkan kurang lebih sebulan menjelang pemilihan presiden 2019, pemilih yang tahu pelaksanaan pilpres akan dilaksanakan pada bulan April 2019 hanya sebesar 65,2 persen.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Ikrama mengatakan minimnya pengetahuan masyarakat akan informasi waktu pelaksanaan pencoblosan, sangat mempengaruhi besar-kecilnya golput.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berdasar riset LSI, dari mereka yang tahu bahwa pilpres akan dilaksanakan April 2019, sebesar 75,8 persen bisa menjawab dengan benar bahwa tanggal pelaksanaan pilpres adalah 17 April 2019.
"Artinya jika ditotal secara populasi, hanya 49,4 persen dari pemilih Indonesia yang terinformasi dan menjawab dengan benar bahwa pelaksanaan pilpres dan pileg dilangsungkan pada tanggal 17 April 2019," ujar Ikrama di kantornya, Jalan Pemuda, Jakarta Timur pada Selasa, 19 Maret 2019.
Data KPU menunjukan bahwa dalam tiga kali pemilu terakhir, jumlah golput cukup variatif sekitar 23 persen hingga 30 persen. Pada pemilu 2004 mereka yang golput sebesar 23, 3 persen. Pada pemilu 2009, mereka yang golput sebesar 27,45 persen. Dan pada pemilu 2014, mereka yang golput sebesar 30,42 persen. Dalam tiga pemilu terakhir, ada kecenderungan kenaikan jumlah mereka yang golput.
"Pada 2019 ini pun, kami memprediksi angka golput akan meningkat dengan segala keterbatasan informasi tersebut," ujar dia.
Selain minimnya informasi masyarakat, menguatnya sentimen politik identitas dan hoaks diprediksi semakin menambah angka golput dalam Pilpres 2019 ini. "Pemilih jenuh akan polarisasi yang terjadi, sehingga kecenderungan golput semakin tinggi," ujar Ikrama.
Hasil sigi LSI Denny JA ini digelar pada akhir Februari 2019. Survei ini dilakukan pada tanggal 18-25 Februari 2019 melalui face to face interview menggunakan kuisioner. Survei menggunakan metode multistage random sampling dengan 1200 responden dan margin of error sebesar +/- 2,9 %. Survei dilaksanakan di 34 provinsi di Indonesia.