Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
TEMPO.CO, Jakarta - Tujuh siswa Sekolah Dasar Negeri 1 Timbulsloko berjalan kaki pulang setelah mengikuti upacara peringatan kemerdekaan ke-77 Republik Indonesia pada Rabu, 17 Agustus 2022, pukul 08.15. Mereka memakai seragam merah-putih dan bersepatu. Ketujuh siswa itu berjalan sambil bercanda. Ceria.
Dari SDN 1 Timbulsloko ke kampung mereka melewati jalan membelah perairan sekitar satu kilometer. Di sini kiri dan kanan jalan tersebut merupakan genangan air laut yang menggerus daratan. Jalan itu satu-satunya akses ke Dukuh Timbulsloko Kecamatan Sayung Kabupaten Demak.
Memasuki jalanan selebar 2 meter itu, anak-anak tersebut melepaskan sepatunya. Mereka lantas berjalan tanpa mengenakan alas kaki karena jalan berbahan beton tersebut telah digenangi air. Keceriaan mereka lantas pudar.
Anak-anak berjalan semakin pelan lantaran tertahan oleh air. Sementara genangan air semakin meninggi. Mereka juga harus memilah jalan tak licin. Lumut tumbuh di atas jalan tersebut karena sering direndam air. Rutinitas itu mereka jalani setiap hari, saban berangkat dan pulang sekolah. "Kadang kalau ada perahu numpang perahu," ujar Maulida, salah satu di antara anak tersebut.
Setelah sampai di Dukuh Timbulsloko jalanan beton berganti kayu dengan tiang bambu. Jalan kampung di atas air itu bukanlah konsep pariwisata tetapi keadaan yang memaksa. Jalan kayu selebar satu meter itu jadi penghubung antar-rumah warga.Kondisi serupa juga terjadi di dalam rumah warga. Lantai rumah sudah bertahun-tahun tenggelam. Kini warga bertahan dengan membuat lantai dari kayu layaknya rumah panggung di atas air.
Di tengah-tengah dukuh tersebut juga sedang berlangsung peringatan HUT RI. Warga menyelenggarakan upacara bendera. Tak seperti pada umumnya, upacara di Dukuh Timbulsloko digelar di tengah genangan air. Warga juga menghelat berbagai perlombaan.
Menurut warga, dulunya kampung mereka merupakan daratan. Namun, di awal 2000-an rob mulai menerjang. Tanah di Timbulsloko yang semula subur perlahan tenggelam. "Rob parah sejak 2019," kata Ketua Rukun Warga atau RW 7 Dukuh Timbulsloko, Ilyas, 51 tahun.
Dia menyebut, rob di wilayahnya semakin parah. Ilyas juga menyebut belum ada tindakan dari pemerintah setempat untuk menyelamatkan kampungnya. Sementara hanya bisa berusaha sekuatnya untuk bertahan. "Ada proyek tol, rob semakin parah," sebutnya.
Kondisi rob di Timbulsloko memaksa sejumlah warga memilih berpindah dari sana. Namun, untuk mencari tempat tinggal baru bukanlah pilihan mudah. Warga harus memiliki modal yang tak sedikit untuk memulai hidup di tempat baru. "Tahun ada lima rumah yang ditinggal pindah pemiliknya," kata Ashar, salah seorang warga.
Baca Juga: Sepanjang 2022 Wilayah Pantura Alami Banjir Rob, Apa Penyebabnya?
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini