Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
BROSUR peringatan "seabad R.A. Kartini" mungil dan indah. Di
dalamnya ada tercantum acara "wisata Kartini". Keterangan brosur
lumayan lengkapnya, disertai peta, kata-kata mutiara Kartini
sampai nama-nama hotel. Brosur lain bahkan menerangkan berapa
jauh jarak yang akan ditempuh ke tempat-tempat peninggalan tokoh
wanita itu, apa yang bisa disaksikan di "petilasan" tersebut dan
bagaimana cara berkunjung secara berombongan atau perorangan.
Mengapa brosur pariwisata mencantumkan "wisata Kartini", memang
mempunyai alasan. Sebab sejak lama jika tiba bulan April,
kota-kota seperti Jepara dan Rembang selalu dibanjiri rombongan
ibu-ibu dari berbagai organisasi atau kelompok kecil dari
berbagai kota.
Tapi yang dapat disaksikan sekarang telah meleset jauh dari
keadaan semula. Tempat-tempat tersebut sudah banyak berobah.
Lebih-lebih bangunan gedung Kabupaten Jepara. Rupanya setiap
bupati yang bermukim di sana selalu merombak atau menambah
gedung tersebut menurut kepentingan tugas atau seleranya. Kini
gedung yang telah berusia 150 tahun itu tidak bisa lagi
mempertemukan bayangan kehidupan Kartini di tempat itu.
Duplikat
Yang masih tegak adalah dua pohon cempaka yang tetap tumbuh
subur. Tetapi di bawah pohon cempaka di pekarangan belakang
tersebut, sudah dibuat taman buatan dengan pohon-pohon perdu
yang kini lagi populer, "bonsai Indonesia" Gedung kabupaten
tersebut cukup besar dan tidak banyak berbeda dengan yang ada di
kabupaten-kabulaten lain di tanah Jawa waktu dulu. Tiga ruangan
besar di rumah induk kabupaten Jepara, telah dilakukan tambal
sulam perobahan.
Gedung di mana Kartini dulu pernah sekolah, kini jadi rumah
sakit. Rumah keluarga Ovink-Soer (yang waktu itu menjabat
Asisten Residen) kini ditempati tentara. Semua itu berada di
lingkungan alun-alun Jepara yang kini kering gersang. Gedung
baru yang berdiri di sudut kanan alun-alun ada sebuah museum.
Gedung (yang kalau dari langit) berbentuk huruf K.T.N. (sebagai
singkatan dari Kartini), juga tidak banyak memberikan arti
apa-apa. Begitu hanyak barang-barang yang konon dulu
dipergunakan Kartini hanya berupa duplikat-duplikat. Yang asli
hanya seperangkat kursi ukir Jepara yang kalau diduduki wanita
harus dengan cara bersila. Juga ada taplak kecil renda halus
hasil karya Nyonya Soepiah, murid Kartini.
Barang-barang Kartini dan lukisan keluarganya tanpa menerangkan
siapa pelukisnya, cuma mengisi satu ruangan saja dari tiga
bentuk gedung museum yang berlangit-langit rendah. Satu-satunya
tanda bahwa Jepara adalah kota bersejarah untuk tokoh wanita
Indonesia ini ialah sebuah patung Kartini di perempatan jalan
masuk Kota Jepara, setinggi 3,6 meter. Tangan kanan Kartini
membawa obor dan tangan kirinya merangkul bocah cilik yang
tampaknya akan pergi ke sekolah.
Di gedung Kabupaten Rembang yang terawat rapi itu masih terdapat
koleksi barang-barang Kartini yang lebih lumayan. Di pendoponya
ada terpampang dua buah rono (penyekat, sketsel) ukiran karya
seorang pengrajin ukir Jepara yang mendapat bimbingan Kartini.
Di sayap kanan kabupaten, kamar paling depan, ada kamar,
pengabadian Kartini. Begitulah disebut. Di kamar ini terdapat
sebuah lukisan Kartini tentang tiga ekor angsa (lukisannya
tentang bunga teratai, cat minyak, hingga kini hilang), foto
keluarga Sunan Sala bertamu ke Kabupaten Rembang, lukisan potret
Soesalit (putera tunggal Kartini) dan foto-foto masa kini dari
keluarga Kartini tanpa penjelasan dan agaknya berfungsi hanya
sekedar memenuhi rak kaca saja.
Di sudut lain ada sebuah bothekln (peti kecil berlaci banyak)
yang telah didapat Nyonya Kardinah di Negeri Belanda beberapa
tahun lalu. Juga ada sekumpulan surat-surat duplikat tulisan
Kartini dan buku-buku tentangnya yang sudah sedemikian banyak
sebetulnya, tetapi hanya ada beberapa buah saja di kamar itu.
Baik di Jepara maupun di Rcmbang, terpampang pula gambar drs.
R.M.P. Sosrokartono, kakak Kartini.
Dari seluruh acara 100 tahun kelahiran Kartini di Rembang (dan
di Jepara) yang sanggup membangkitkan rasa haru dan mengundang
emosi yang dalam ialah lagu Ibu Kita Kartini yang dinyanyikan
di dua tempat itu.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo