Scroll ke bawah untuk membaca berita

Logo
Politik

Yenny Wahid: Ada Benang Merah dalam Penyerangan Pemuka Agama

Yenny Wahid mengimbau semua umat beragama tetap tenang dan tidak terprovokasi atas kejadian penyerangan di Gereja St Lidwina.

11 Februari 2018 | 18.12 WIB

Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid. Dok. TEMPO/ Jacky Rachmansyah
Perbesar
Zannuba Ariffah Chafsoh Rahman Wahid atau Yenny Wahid. Dok. TEMPO/ Jacky Rachmansyah

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

TEMPO.CO, Jakarta – Zannuba Arifah Chafsoh alias Yenny Wahid, putri presiden ke-4 RI, Abdurrahman Wahid, menanggapi penyerangan di Gereja St Lidwina, Sleman, dan kasus penyerangan yang menimpa pemuka agama. Menurut Yenny, berbagai penyerangan yang terjadi kepada pemuka agama seolah-olah random, tapi dia meyakini ada benang merah atas peristiwa tersebut.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo

“Berbagai penyerangan yang seolah terjadi secara random akhir-akhir ini, namun tetap ada benang merahnya,” kata Yenny kepada Tempo, Ahad, 11 Februari 2018.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Benang merah itu, kata Yenny, terlihat dari korbannya yang sama-sama pemuka agama dan penyerangannya tidak memiliki motif yang jelas. Dia menuturkan, bila kasus-kasus itu memang disengaja, motifnya adalah untuk menciptakan rasa tidak aman di tengah masyarakat. “Serta provokasi agar tercipta konflik horizontal,” ujarnya.

Yenny mengimbau semua umat beragama tetap tenang dan tidak terprovokasi. Ia juga mendesak aparat keamanan segera melakukan investigasi demi menghindari spekulasi di masyarakat.

Penyerangan terhadap jemaat Gereja St Lidwina, Sleman, terjadi pada Ahad pagi, 11 Februari 2018. Terekam dalam sebuah video yang diterima Tempo, seorang pria memasuki gereja, menyerang dan mengacungkan pedangnya. Pelaku telah diketahui bernama Suliyono, seorang mahasiswa berumur 23 tahun. Ia melukai empat anggota jemaat setelah memasuki gereja, lalu berjalan ke altar dan melukai Romo Prier yang sedang memimpin misa.

“Umat sedang menyanyi dalam acara kemuliaan, lalu ada seseorang membawa pedang dan melukai beberapa orang sebelum berjalan ke altar,” ujar Heni, saksi dalam kejadian tersebut.

Kepala Bidang Hubungan Masyarakat Kepolisian Daerah Istimewa Yogyakarta Ajun Komisaris Besar Yulianto menyatakan korban berjumlah empat orang dan sedang dirawat di Rumah Sakit Akademik Universitas Gadjah Mada. Menurut Yulianto, walaupun kejadian tersebut terjadi di Gereja St Lidwina, aksi itu bukan sebuah teror, melainkan kasus penganiayaan. “Kalau teror kan pake bom. Ini orang bacok, jadi termasuk kasus penganiayaan,” katanya.

Riani Sanusi Putri

Lulusan Antropologi Sosial Universitas Indonesia. Menekuni isu-isu pangan, industri, lingkungan, dan energi di desk ekonomi bisnis Tempo. Menjadi fellow Pulitzer Center Reinforest Journalism Fund Southeast Asia sejak 2023.

close

Baca berita dengan sedikit iklan, klik disini

Logo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus