Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Tempo, 30 Mei 1999
Di layar televisi pekan lalu itu, mantan presiden Soeharto memotret dirinya sebagai muslim yang taat (wawancara dilakukan setelah salat Jumat), orang Jawa yang nrimo (“Dosa saya akan beralih kepada mereka yang menghujat-hujat”), dan seorang nasionalis sejati (“Saya tak pernah berpikir pergi ke luar negeri”).
The king can do no wrong. Soeharto membantah tulisan majalah Time yang melukiskannya sebagai mantan presiden paling korup di seantero planet. Di bawah judul Soeharto Inc. (“Kerajaan Bisnis Soeharto”), laporan utama majalah itu mengungkapkan betapa besar dan luas cakupan kekayaan Keluarga Cendana, baik di dalam maupun di luar negeri, serta bagaimana kekayaan itu dikumpulkan.
Soeharto tak hanya membantah. Para pengacaranya segera mengajukan somasi. Meski masih harus ditunggu ujungnya, sengketa Soeharto versus Time itu telah menyalakan kembali soal pengadilan sang mantan presiden.
Teten Masduki dari Indonesia Corruption Watch, lembaga yang ikut memberikan kontribusi pada investigasi Time, mendesak Kejaksaan Agung menindaklanjuti laporan itu. Gerakan Masyarakat Peduli Harta Negara, yang diketuai Albert Hasibuan, bahkan telah pula menemui Jaksa Agung Andi Muhammad Ghalib untuk mendesakkan hal yang sama. Toh, Albert sendiri pesimistis kasus Soeharto akan bisa diselesaikan sekarang.
Kekhawatirannya terbukti. Delapan tahun setelah laporan Time, pengadilan Soeharto tak kunjung jelas ujungnya. Upaya mengadili Soeharto tak pernah melampaui niatnya.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo