KETIGA bayi itu mendapat nama yang manis. Dua di antaranya
karena lahir di bulan Nopember diberi nama Nova dan Novy. Satu
lagi karena lahir di bulan Desember lalu diberi nama Dessy. Kini
ketiganya ditempatkan di sebuah kamar khusus dalam tempat tidur
bayi terbuat dari kawat.
Sampai awal Januari ini ketiganya masih lebih banyak tidur
pulas. Sesekali terdengar juga tangis dari salah satu bayi
tersebut dan dengan cepat Supar atau Badri atau Abdul Fatah
melihat momongannya. Salah seorang dari ketiga pengasuh itu
kemudian dengan cepat bertindak. Mengambil botol susu kalau si
bayi ternyata lapar atau mengganti popok yang bersih dan kering
kalau lampinnya basah.
Subarkah -- dokter dan sekaligus membidani kelahiran mereka
--juga rajin memberi pil SG yang dicairkan dalam sebuah sendok
makan. "Mereka agak sakit, mencret," ujar Subarkah ekan lahl
Setiap pagi dan sore, Supar, Badri dan Abdul Fatah tentu sibuk.
Ketiganya harus memandikan ketiga momongannya. Pertama kali air
hangat disediakan dalam bak mandi. Kemudian sabun dan handuk
kering. Dan mulailah upacara mandi yang kemudian sudah jadi
rutin, paling tidak dalam waktu 4 bulan ini Sesekali Subarkah
atau asistennya yang bernama Harwono, sibuk menjenguk ketiga
bayi tersebut.
Ketika lahir, Nova dan Novy berbobot 1,5 kg. Dessy 1,25 kg.
Kelahiran mereka cukup lancar. Subarkah sendiri yang memotong
placenta Nova dan Novy. Sedangkan tali pusat Dessy, ibunya lah
yang rupanya tidak sabar, kemudian menggigit sendiri tali pusat
anaknya. Satu jam setelah kelahiran, bayi dipisahkan dari
ibunya.
Tetapi siapa Nova, Novy dan Dessy? Dua yang pertama adalah anak
dari Santy dan Lanny. Sedangkan ibu Dessy bernama Titit. Ayah
mereka tidak jelas, rupanya ini akibat dari pergaulan bebas.
Mereka ini tidak lain adalah keluarga orang utan yang telah
meramaikan kebun binatang di Surabaya. Ketiga induk yang baru
melahirkan (Santy, Lany dan Titit) didatangkan dari hutan
Kalimantan masih berusia 2 tahun. Kini mereka telah berusia 8
tahun.
Main Tubruk
Sebelum ketiga ibu ini mendapat bayi, telah ada ibu lain yang
melahirkan. Namanya Roxy. Tetapi apa lacur, anaknya mati idak
lama setelah lahir. Dari 5 ekor orang utan betina di kebun
binatang tersebut, sampai kini telah melahirkan 10 ekor
keturunan. Jumlah ini tidak termasuk anak Roxy yang mati. Empat
dari 10 ekor itu kemudian dikembalikan ke Kalimantan Tengah,
tempat Pusat Rehabilitasi Orang Utan di Tanjun Puting. Kebun
binatang Surabaya sendiri kini mempunyai 29 orang utan yang
terdiri dari 5 dara yang manis-manis, ditambah dengan 3 dara
cilik yang masih bayi dan para jantan yang selalu kehausan
pasangan.
Kini untuk mencegah pergaulan bebas, setiap pasang dimasukkan ke
dalam sebuah kerangkeng yang dibuat seromantis mungkin. Mila
misalnya, mendapat pasangan Salam. Santy dengan Salut dan Lany
dengan Tirto. Titit belum dijodohkan, karena sedang dicari siapa
pemuda yang paling cocok baginya.
Akibat kerangkeng-kerangkeng ini, tingkah laku main asmara
mereka lebih jelas. Ternyata tidak berbeda dengan sudara-saudara
mereka yang bernama manusia. Salam misalnya, biarpun banyak
orang menonton, tak pernah malu untuk bersanggama dengan Mila.
Fikir Salam tentu: "Mumpung dikerangkeng dan saingan tak ada."
Salam memang betul-betul Don Yuan yang romantis. Sebab sebelum
begitu, Santi dibelai-belainya dulu. Barangkali seribu satu
janji juga ditebarkan ke kuping Santi, sehingga Santi menyerah
kalah. Sedangkan Salut rupanya pemuda pemalu. Dia baru mau
bercumbu kalau suasana sudah sepi dari manusia.
Beda lagi dengan Tirto. Dia ini golongan yang to the point dan
main tubruk saja. Bahkan kalau si Lany tidak mau melayani, tidak
segan-segan Tirto mengejar Lany dan memukulnya. Rupanya Tirto
tergolong jantan sadis.
Melihat kelestarian binatang ini Harsono RM yang jadi Ketua
Perhimpunan Kebun Binatang Indonesia menghimbau: "Bawa saja itu
binatang yang diancam punah ke mari. Dari pada mati di hutan."
Harsono juga duduk sebagai Wakil Ketua Fraksi Karya di DPRD
Surabaya. Beberapa waktu yang lalu ia bahkan mengusulkan harimau
Jawa yang konon tinggal beberapa ekor, ditangkap saja dan
dimasukkan kebun binatang Surabaya.
Kebun binatang Surabaya ini telah dihuni sekitar 4000 ekor
binatang. Yang telah melahirkan di kandang mereka antara lain
kuda nil, harimau, singa, anoa, babi rusa, bekantan dan banteng.
Bahkan rusa Bawean telah berhasil diternakkan jadi 8 ekor dan
kemudian dikembalikan ke tempat asalnya. Komodo sebetulnya bisa
juga berkembang tetapi agak sulit, karena jantannya selalu
memakan telur calon anaknya sendiri. Ikan duyung juga pernah
melahirkan, tetapi karena para ahli tidak segera mengetahui menu
bayi ikan duyung, anak ini kemudian mati kelaparan. Bayi ini
kemudian diawetkan di air keras untuk jadi tontonan.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini