Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Dilarang memelihara ternak

6 buah rumah adat berjejer 3 dan saling berhadapan di kampung pulo, garut diperuntukkan keturunan arief muhammad. makam arief dipakai tempat ziarah. danau cangkuang digunakan tempat rekreasi. (ils)

22 Januari 1977 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

CERITA sekitar Arief Muhammad cukup menarik. Ia meninggalkan 6 orang anak yang semuanya perempuan, tinggal di kampung Pulo, tak jauh dari makam Arief Muhammad. Untuk mereka, didirikan 6 buah rumah adat berukuran 7« x 8« m dari kayu dan bambu, bertangga dan beratap ijuk. Sebuah di antaranya telah dipugar. Rumah-rumah ini berjejer 3 dan saling berhadapan, tidak boleh ditambah atau dikurangi. Yang berdiam di sana pun tak boleh lebih dari 6 kepala keluarga. Apabila seorang anak sudah dewasa lalu menikah, paling lama seminggu sesudahnya harus meninggalkan lingkungan ke-6 rumah adat itu. Ia bisa kembali kalau salah seorang kepala keluarga meninggal. Sementara kaum wanita menentukan kebijaksanaan keluarga, pemilihan kepala keluarga ditentukan oleh keluarga setempat. Penghuni ke-6 rumah adat generasi sekarang adalah keturunan ke-10 dari Embah Dalem Arif Muhammad. Mereka adalah: Iri (50 tahun) juru kunci makam yang sekarang, Iri (30 tahun), Sadili (49 tahun), Eroh (65 tahun) Mini (55 tahun) dan Engkos (30 tahun). Salah seorang keturunan pertama Arif Muhalllmad yaitu Hadijah, sangat terkenal kegigihannya melawan Belanda. Konon ia sangat sakti dan tabah, hingga mendapat julukan Nyi Santosa. Pengikut-pengikut Arief pun terkenal pula keberaniannya. Mereka berlima, dikuburkan di beberapa bukit sekitar danau Cangkuang. Santowaan di bukit Santowaan, Sunan Pangadegan di bukit Pamentasan. (Ada sementara penduduk yang malah menganggap Sunan Pangadegan lebih sakti dari Arief Muhammad). Mayagatrek yang semasa hidupnya menjadi 'sekretaris' Arief Muhamad, di bukit Saradan. Wirabaya di bukit Gede dan Wirajaya di bukit Leutik. Setiap hari Kamis dan Jum'at, terutama pada bulan Maulud, siang dan malam, banyak orang berziarah ke makam Arief Muhammad. "Tapi hari Rabu dilarang berziarah. Menurut kepercayaan, setiap hari Rabu itu Arief Muhammad pergi ke Mekah", ujar Pak Sura, 50 tahun, yang pernah menjadi juru kunci sejak 1962 sampai 1972. Dan pada hari Rabu, di kampung Pulo tak ada kegiatan apa pun. Berziarah ke sana, orang tak diizinkan memakai cincin, sepatu, peci, topi dan payung. Larangan lain yang sampai kini masih dipatuhi oleh penghuni rumah adat antara lain: memukul gamelan, terutama gong dan memelihara ternak berkaki empat. Luas danau Cangkuang 25,555 hektar, 80 permukaan airnya tertutup oleh tanaman liar seperti enceng gondok, ganggang dan teratai. Dengan volume air 288,340 meter kubik, danau ini dapat mengairi sawah seluas 250 hektar di desa Cangkuang, Dungusiku Karangsari dan Cikembulan. Di beberapa pulau kecil hidup burung-burung yang jarang terdapat di tempat lain, misalnya kalong, ekek dan kerak. Jalan dari Garut ke kampung Cangkuang, hanya sekitar 13,5 kilometer dan sampai kecamatan Leles sudah beraspal. Dari sini ke Ciakar, sekitar 2,9 kilometer merupakan jalan desa. Dan dari kampung Cangkuang sampai kampung Pulo, sepanjang 900 meter, adalah jalan setapak dan sebagian lewat sawah. Sebagai sarana rekreasi, danau Cangkuang segera akan dibersihkan dari tanaman liar, hingga rakit-rakit rakyat bisa berlayar lebih leluasa. Rakyat setempat sejak lama mempunyai penghasilan tambahan dengan membuat rakit bambu dan menjadikannya sebagai kendaraan menuju kampung Pulo tempat makam Arief Muhammad. Selain akan 'menanam' ikan di danau sebagai penambah penghasilan rakyat, Pemerintah Garut juga tetap mempertahankan rakit asli, tidak akan menambah atau menggantinya dengan perahu bermotor, perahu karet atau beca air.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus