Dua Nama Sama

JIKA dalam serial komik Tin Tin ada tokoh Thompson dan Thomson (yang satu pakai p dan lainnya tidak), di TEMPO kami juga punya duo wartawan yang punya panggilan mirip. Mereka: Putu dan Putu. Melihat namanya saja, pasti Anda sudah bisa menebak asal mereka. Keduanya memang orang Bali tulen. Dijamin 100% Bali -- sekalipun yang satu dari gunung dan lainnya dan kota. Kedua Putu (yang pertama pakai W dibelakang namanya, sedangkan yang satu pakai S), sama-sama pengarang, sama-sama penulis kritik film, dan sama-sama wartawan TEMPO, tentu. Tidak seperti Thompson dan Thomson, yang baik fisik maupun ulah mereka susah dibedakan mana asli dan kopinya, Putu W. dan Putu S. gampang dikenali. Putu W. berperawakan tinggi dan kekar (mirip Aktor Jim Brown dari Hollywood), sedangkan Putu S. berperawakan sedang dan mirip pelawak Warkop, Dono, yang di film populer dengan sebutan Si Bemo. Tak cuma itu perbedaan mereka. Putu W. lebih dikenal sebagai pengarang novel dan sutradara teater ketimbang sebagai wartawan, sekalipun pernah menjadi Redaktur Pelaksana Majalah Zaman, dan pernah pasang aksi dalam dua film, Adventure in Bali dan Malin Kundang. Sementara itu, Putu S., yang baru bisa memegang peran dalam film dokumentasi keluarga, punya kelebihan dalam soal gugat-menggugat, meski tak bertitel sarjana hukum seperti Putu W. Putu S. adalah orang Bali pertama yang berani menggugat tanah kelahirannya. Gugatan itu dituangkannya lewat buku berjudul Menggugat Bali -- yang berkisah tentang perubahan sosial di Pulau Dewata tersebut. Sedangkan Putu W. menggebrak lewat novel-novel, seperti Bila Malam Bertambah . Malam sampai Aib -- yang terakhir ini baru saja dipentaskan di Taman Ismail Marzuki, Jakarta, dan dibintangi antara lain oleh Aktris Dewi Yull. Sebagaimana Thompson dan Thomson Putu W. dan Putu S. sama-sama orang yang menyenangkan. Putu W. adalah orang yang tak merecokkan teman. Sedangkan Putu S. sering kami daulat menjadi moderator atau juru bicara rapat, agar saraf kendur. Putu S. seperti Dono, punya bakat melawak. Kalau selama 10 tahun terakhir Anda jarang melihat nama Putu W. di TEMPO, itu tak lain karena sebelumnya ia sibuk di majalah Zaman, dan sejak 1985 menjadi pengajar tamu pada Universitas Wisconsin, Amerika Serikat, dan baru pulang pertengahan tahun ini. Tak usah malu bila Anda keliru menyapa Putu W. sebagai Putu S. Kekeliruan serupa juga suka dilakukan operator telepon kami, terutama kalau ada telepon dari luar untuk Putu, dan penelepon tak menyebutkan nama lengkap orang yang dituju. Mereka sering salah menyambungkan hubungan bagi Putu yang dituju. Maka, bisa dimaklumi bila baru-baru ini seorang produser film, yang mengundang Putu (tanpa menyebut W dan S di belakang nama) untuk menghadiri preview film Wanita dan Peluru, keliru menyapa Putu W. dengan sebutan Putu S. Mau tahu nama lengkap duo Putu? "W" untuk Wijaya, dan "S" untuk Setia. Nama lengkap mereka memang Putu Wijaya dan Putu Setia. Meski Putu W. dan Putu S. pernah menulis laporan bersama di TEMPO, tak berarti mereka lengket bagaikan Thompson dan Thomson. Untuk Laporan Utama minggu ini, misalnya, Putu W. menggarapnya bersama Yusroni Henridewanto, Praginanto, Moebanoe Moera, dan Budiono Darsono -- yang pertama sebaya generasi si Boy ketika TEMPO didirikan, sedangkan yang empat terakhir remaja tahun 1980. Mau tahu ke mana Putu S.? Ia lagi cuti panjang (tiga minggu -- sejak pertengahan November) untuk upacara ngaben orangtuanya di Bali.