Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Kiai Khos, Kok, Berbohong

4 Februari 2001 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

MENDENGARKAN wawancara seorang kiai Langitan NU atau kiai khos (Kiai Abdullah Abbas, Buntet) di beberapa media cetak dan elektronik pada 12 Januari 2001, yang menyatakan bahwa wajib hukumnya mempertahankan Presiden Gus Dur dan berjihad untuk mempertahankannya, saya bersama keluarga yang akrab dengan kalangan Nahdliyin merinding. Bukan takut, melainkan terkejut. Terlebih lagi dikatakan bahwa ia (Kiai Abdullah Abbas) bersama kiai khos lainnya telah menerima wangsit dari langit bahwa kita harus mempertahankan Gus Dur hingga 2004. Hal itulah katanya yang kemudian disampaikan kepada seluruh jajaran NU untuk mendukung Gus Dur. Yang menjadi pertanyaan saya, pertama, apakah benar para kiai yang ikut berpolitik masih diberi petunjuk berupa wangsit atau wahyu seperti di zaman Nabi. Setahu saya, hanya para nabi dan para wali?yang telah bersuci dari urusan dunia?yang mendapatkan hidayah seperti itu. Kedua, apakah Pak Kiai tidak keliru bahwa yang namanya jihad itu adalah berperang menegakkan syiar Islam melalui pertempuran, atau berperang melawan kebatilan. Sementara itu, Gus Dur lebih banyak membuat bingung syariat Islam dan menghalalkan yang haram (misalnya dalam kasus Ajinomoto), suka berbohong (dalam Buloggate, Bruneigate, Aryantigate, dan lain-lain), dan memfitnah sesama muslim (korbannya Hamzah Haz, Wiranto, Jusuf Kalla, Laksamana Sukardi, Habib Ali Baagil, Hartono, dan lain-lain). Apakah pantas berjihad untuk pemimpin seperti ini? Dan yang terakhir, mungkin Pak Kiai lupa bahwa pada ajaran Nabi Muhammad di dalam fikih disebutkan juga bahwa pemimpin yang wajib dipertahankan adalah yang berlaku adil, sehat jasmani/rohani, dan akhlakul karimah (jujur, rendah hati, dan penyabar). Kriteria lainnya bagi pemimpin adalah orang yang tablig, amanah, fatonah, dan sidik (menyampaikan kebenaran, dapat dipercaya, cerdas, dan jujur). Kesemua itu, menurut pendapat kami yang belajar agama Islam di lingkungan NU juga, tidak ada pada diri Gus Dur. Sehingga, apa yang dikemukakan Pak Kiai Khos mungkin keliru atau ia tidak pernah mendengar sepak terjang Gus Dur. Kesimpulannya, pendapat dan pernyataan Pak Kiai tidak sesuai dengan fikih Alquran dan menyesatkan umat Islam. Saran kami, cukup Gus Dur saja di lingkungan NU yang suka melakukan kebohongan, tidak perlu ditambah yang lainnya, sehingga kalau Gus Dur suka berbohong, NU tidak perlu mengikutinya. Dan yang akan menjatuhkan Gus Dur adalah ucapannya. Ingat pesan Nabi : ?Mulutmu adalah Harimaumu. Maka, jagalah perkataan dengan ucapan yang baik dan benar!? H. MOCH IKHSAN, SAG. Tasikmalaya, Jawa Barat

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus