Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Lintas sumatera, ke pinggir kota

24 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Menurut rencana Pemda Kota Padangpanjang, Jalan Soekarno-Hatta di Bukitsurungan akan dilebarkan dengan mengambil halaman rumah di sepanjang jalan itu empat meter. Itu dilakukan demi peningkatan jalan lintas Sumatera. Dalam hal ini, kami tidak setuju, dengan beberapa alasan, yaitu: 1. Lalu lintas antarkota sebaiknya tidak melewati tengah kota, karena dapat meningkatkan risiko kecelakaan. Selain itu, perjalanan lintas Sumatera akan terhambat oleh keramaian kota. Dan yang juga penting jalan itu akan menimbulkan polusi dan kebisingan yang tak perlu. Sebaiknya, rencana itu disesuaikan dengan jalan lintas Sumatera di beberapa kota lainnya, seperti Bandarlampung, Kotabumi, Lubuklinggau, yang hanya melewati pinggir kota. 2. Untuk Kota Padangpanjang, sebaiknya pemerintah memanfaatkan dua jalan alternatif di pinggir kota yang belum dimanfaatkan: Jalan Prof. Hamka dan jalan dari Kampung Jambak sampai Gugukmalintang. 3. Kondisi tanah di pinggir-pinggir Jalan Soekarno-Hatta sangat labil. Mudah terkena erosi (longsor) karena di kanan-kiri Bukitsurungan itu ada lereng terjal 6 sampai 15 meter. Dulu pernah dibatasi kendaraan yang lewat, tak boleh lebih dari lima ton. 4. Dilihat dari segi tata kota, pelebaran jalan itu akan merusak keindahan kota. Sebab, rumah-rumah di tepi Jalan Soekarno-Hatta menjadi tak berhalaman, sehingga kesannya sempit. Juga berarti akan hilang tempat bermain anak-kemenakan kami, hilang keindahan rumah kami dan hilang pula warung dan bengkel tempat kami mencari nafkah hidup. Padahal tanah kami tanah pusaka turun-temurun. 5. Sampai saat ini, sudah sering terjadi kecelakaan lalu lintas yang disebabkan kendaraan yang berlalu lalang terlalu cepat. 6. Kami anak-kemenakan Nagari Bukitsurungan selama ini telah banyak memberikan tanah pusaka kami kepada Pemerintah, baik untuk pembuatan jalan maupun bangunan sipil tanpa ganti rugi sedikit pun. Sekarang kami diminta lagi untuk mengorbankan pekarangan kami selebar empat meter tanpa ganti rugi sedikit pun juga. Betapa besarnya pengorbanan kami. Padahal, ada alternatif lain yang bisa dilakukan untuk membangun jalan lintas Sumatera. IR. ANDRIA NUSA SAID Wakil Orang Perantauan Nagari Bukitsurung di Jakarta Kebayoran Baru Jakarta Selatan

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus