BUAT apa mengunjungi makam ? "Pulang dari makam keramat biasanya
ada rasa tenang dan bahagia,' jawab Baby Huwae, 45 tahun, bekas
bintang film itu. Beralih profesi menjadi peramal nasib, namanya
kini Lokita Purnamasari. "Setelah berziarah kepekaan meramal
bertambah. Seperti baterei yang dicas lagi," tambahnya.
Pernah beberapa kali ke makam Bung Karno di Blitar, kini Lokita
tak lagi mau berziarah ke sana. "Sekarang tidak ada lagi daya
magnetis di sana. Sudah kosong. Spiritnya pindah ke Batutulis,
Bogor," katanya. Di Batutulis memang ada pesanggerahan Bung
Karno.
Tapi bagi S.K. Trimurti, kekeramatan sebuah makam hanyalah
lantaran dikeramatkan orang. "Jadi kekuatan itu dibuat sendiri
oleh orang-orang yang berkunjung," tambah wanita pergerakan yang
juga dikenal dengan panggilan Bu Tri dan kini memimpin majalah
Mawas Diri itu.
"Memohon sesuatu kepada makam. menurut agama itu adalah syirik,
" kata Bu Tri pula. Syirik menyekutukan Tuhan, memang larangan
buat agama, terutama Islam. Maka kata Hamka yang juga sependapat
dengan Bu Tri: "Berkaul atau bernadar ke makam keramat itu
syirik."
Tapi Hamka tidak menolak berziarah, asal tidak untuk meminta
sesuatu. "Minta apa saja itu boleh, tapi hanya kepada Allah. Dan
cukup di kamar saja, seusai shalat," tambahnya. Toh, di kalangan
umat Islam ada yang mengeramatkan makam para ulama, misalnya
Wali Songo. "Itu karena kelemahan iman mereka. Dan hal itu akan
lenyap kalau umat Islam sudah berpendidikan," katanya.
Ditinjau dari sudut ilmu jiwa, berziarah atau bernadar ke makam
keramat esungguhnya tak ada soal, sepanjang si penziarah
percaya. "Kalau ada dua kekuatan sama besar saling
bertentangan, barulah konflik kejiwaan muncul, " kata dr.
Bonokamsi Dipoyono.
Ahli ilmu jiwa itu berpendapat, berziarah dapat merjenteramkan
kegelisahan jiwa. "Setidaknya si penziarah mendapat harapan.
Tapi memang hal itu bisa membuat orang khilaf akan hal-hal yang
rasional," katanya lagi.
Pemujaan tempat keramat, menurutnya juga banyak di negeri lain
terutama yang dipengaruhi agama Hindu. Tapi orang Barat yang
terkenal rasional itu, dalam hal tertentu juga tidak rasional.
"Mengapa mereka tidak mau menginap di kamar nomor 13? Ini kan
tidak bisa dijelaskan secara rasional," kata Bonokamsi,
tersenyum.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini