Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Menenteramkan kegelisahan

Pendapat baby huwae, s.k trimurti, buya hamka tentang ziarah ke makam keramat. menurut sk trimurti, memohon sesuatu kepada makam itu syirik. tapi hamka tak menolak berziarah asal tidak minta sesuatu.

28 Juni 1980 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

BUAT apa mengunjungi makam ? "Pulang dari makam keramat biasanya ada rasa tenang dan bahagia,' jawab Baby Huwae, 45 tahun, bekas bintang film itu. Beralih profesi menjadi peramal nasib, namanya kini Lokita Purnamasari. "Setelah berziarah kepekaan meramal bertambah. Seperti baterei yang dicas lagi," tambahnya. Pernah beberapa kali ke makam Bung Karno di Blitar, kini Lokita tak lagi mau berziarah ke sana. "Sekarang tidak ada lagi daya magnetis di sana. Sudah kosong. Spiritnya pindah ke Batutulis, Bogor," katanya. Di Batutulis memang ada pesanggerahan Bung Karno. Tapi bagi S.K. Trimurti, kekeramatan sebuah makam hanyalah lantaran dikeramatkan orang. "Jadi kekuatan itu dibuat sendiri oleh orang-orang yang berkunjung," tambah wanita pergerakan yang juga dikenal dengan panggilan Bu Tri dan kini memimpin majalah Mawas Diri itu. "Memohon sesuatu kepada makam. menurut agama itu adalah syirik, " kata Bu Tri pula. Syirik menyekutukan Tuhan, memang larangan buat agama, terutama Islam. Maka kata Hamka yang juga sependapat dengan Bu Tri: "Berkaul atau bernadar ke makam keramat itu syirik." Tapi Hamka tidak menolak berziarah, asal tidak untuk meminta sesuatu. "Minta apa saja itu boleh, tapi hanya kepada Allah. Dan cukup di kamar saja, seusai shalat," tambahnya. Toh, di kalangan umat Islam ada yang mengeramatkan makam para ulama, misalnya Wali Songo. "Itu karena kelemahan iman mereka. Dan hal itu akan lenyap kalau umat Islam sudah berpendidikan," katanya. Ditinjau dari sudut ilmu jiwa, berziarah atau bernadar ke makam keramat esungguhnya tak ada soal, sepanjang si penziarah percaya. "Kalau ada dua kekuatan sama besar saling bertentangan, barulah konflik kejiwaan muncul, " kata dr. Bonokamsi Dipoyono. Ahli ilmu jiwa itu berpendapat, berziarah dapat merjenteramkan kegelisahan jiwa. "Setidaknya si penziarah mendapat harapan. Tapi memang hal itu bisa membuat orang khilaf akan hal-hal yang rasional," katanya lagi. Pemujaan tempat keramat, menurutnya juga banyak di negeri lain terutama yang dipengaruhi agama Hindu. Tapi orang Barat yang terkenal rasional itu, dalam hal tertentu juga tidak rasional. "Mengapa mereka tidak mau menginap di kamar nomor 13? Ini kan tidak bisa dijelaskan secara rasional," kata Bonokamsi, tersenyum.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus