Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Catatan Pinggir Baru

Dari Catatan Pinggir ke Marginalia. Meski tak rutin, Goenawan Mohamad tetap menulis rubrik ini.

5 Maret 2023 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Poin penting

  • Mulai edisi 13 Maret 2023, rubrik Catatan Pinggir berubah.

  • Penuisnya tak hanya Goenawan Mohamad, melainkan kumpulan penulis.

  • Nama rubrik Catata Pinggir melekat pada Goenawan Mohamad.

HARI ini 46 tahun lalu, 5 Maret 1977, Catatan Pinggir pertama "mengudara". Redaksi majalah Tempo mengumumkan rubrik baru ini sebagai pengganti Fokus Kita, rubrik yang berisi cerita di balik berita, kisah para wartawan meliput sebuah perkara, sekaligus mengenalkan awak redaksi Tempo—model majalah berita mingguan baru waktu terbit pertama 6 Maret 1971.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Fokus Kita lebih terasa sebagai “Surat dari Redaksi” majalah Time, majalah Amerika Serikat yang sejak awal memang jadi rujukan Tempo. Bedanya, Surat dari Redaksi Time berisi profil wartawan dengan cerita yang berbeda-beda karena jurnalis majalah itu terserak di seluruh dunia. Sementara itu, di Tempo, jumlah wartawannya sedikit sehingga cerita-cerita segera membosankan.

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Redaksi Tempo pun mengganti Fokus Kita menjadi Catatan Pinggir. Namanya mengingatkan pada “marginalia”, coretan-coretan di tepi halaman buku. Rubrik ini memang ditujukan untuk mengisi kekosongan halaman dengan komentar atas sebuah peristiwa hangat—waktu itu belum dikenal rubrik Opini atau editorial. 

Di rubrik Catatan Pinggir, pembaca bisa tahu siapa yang menulisnya karena by line dicantumkan di akhir artikel, yakni Goenawan Mohamad. Ia pendiri dan pemimpin redaksi pertama Tempo. Perubahan nama rubrik memberikan kesempatan kepada Goenawan meluaskan tema dan pokok bahasan. Nadanya juga berubah. Bukan hanya “Kecap Dapur” redaksi Tempo, tapi juga refleksi atas apa yang terjadi sepekan lewat. 

Refleksi Goenawan, waktu itu 36 tahun, berangkat dari apa saja. Mula-mula dari sebuah buku atau film. Di pertengahan 1970-an, tak banyak toko buku. Membaca buku adalah kemewahan. Terdorong meluaskan isi pemikiran para penulis dunia, Goenawan membahasnya di rubrik ini. Tapi pembahasannya bukan resensi yang berisi ulasan. Buku di Catatan Pinggir seperti diajak bicara. Goenawan memakai bacaan dan pemikiran lain untuk “bercakap” dengan isi buku yang sedang dibahasnya, menolak pemikiran penulisnya, meragukan, atau menyetujuinya.

Catatan Pinggir pun berkembang menjadi esai yang khas, bahkan esai pendek yang melekat pada Goenawan Mohamad sendiri. Isinya juga bukan sekadar refleksi peristiwa aktual, buku, atau film, tapi meluas ke pelbagai hal: filsafat, ekonomi, keadilan sosial, hak asasi manusia, ilmu-ilmu, ideologi, serta pemikiran-pemikiran baru di dunia yang masih asing di Indonesia. Goenawan bahkan menuliskan reportase dan catatan jika baru pulang dari negeri-negeri yang jauh.

Selama 46 tahun itu Goenawan jarang absen menulis Catatan Pinggir. Dari 2.392 pekan itu, ia mungkin hanya satu-dua kali tak menulis. Itu pun bukan karena tak sempat, tapi karena ia sedang di kota kecil yang tak memiliki mesin faksimile atau jaringan Internet. Sewaktu pemakaian telepon seluler meluas, Goenawan mengirim Catatan Pinggir sepanjang 3.000 karakter per kalimat melalui pesan pendek (SMS) karena ia sedang melancong ke sebuah desa kecil di Eropa.

Panjang naskah Catatan Pinggir berubah seiring dengan waktu. Catatan Pinggir awal hanya 2.300 karakter atau dua kolom majalah. Kemudian menjadi 3.000-an karakter. Makin panjang setelah Tempo terbit kembali pada Oktober 1998. Kini panjang Catatan Pinggir kira-kira 5.000 karakter. Itu kenapa ciri khas lain dari rubrik ini menjadi hilang, yakni ilustrasi Edi R.M. yang diletakkan di tengah-tengah artikelnya.

Setahun lalu, Goenawan Mohamad meminta redaksi Tempo—generasi setelah bredel 1994 dan terbit kembali 1998—memikirkan kemungkinan mengganti rubrik ini dan mencari penulis baru. Ide ini mengendap berbulan-bulan sampai akhirnya ada keputusan Catatan Pinggir tetap ada. Goenawan Mohamad tetap menjadi penulisnya. Tapi ia tak akan rutin menulis setiap pekan.

Penggantinya adalah sekumpulan penulis yang dijaring dari pelbagai minat dan disiplin keilmuan. Mereka adalah Ulil Abshar Abdalla, Akhmad Sahal, Ayu Utami, Avianti Armand, Laksmi Pamuntjak, Haidar Bagir, Martin Sinaga, Nirwan Dewanto, Nirwan Ahmad Arsuka, Rizal Mallarangeng, dan Robertus Robet. Mereka akan bergiliran menulis rubrik “Marginalia”, yang akan muncul setiap pekan.

Semoga kehadiran para penulis baru yang akan mengisi majalah Tempo mulai edisi 13 Maret 2023 menambah ragam pemikiran dan khazanah pengetahuan, seperti cita-cita pendirian rubrik Catatan Pinggir 46 tahun lalu.

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya
Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus