Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menarik sekali membaca tulisan R. William Liddle, Kolektivisme dan Individualisme (TEMPO, 16 April, Kolom). Itu adalah sebuah tulisan tentang sosial, budaya, dan moralitas yang dalam, yang dikaitkan dengan masyarakat Indonesia.Tapi, ada sedikit yang kurang saya setujui di dalam tulisan itu. Yakni penggunaan kata "meramalkan" di akhir tulisan itu: Tentu saja, seperti diakui Oakeshott, filsuf Inggris, dengan pengertian bahwa kita selalubertindak dalam kesamaran dan tak bisa "meramalkan" hasil akhir dari perbuatan kita.Saya sangat setuju dengan statemen ini. Cuma, saya lebih cenderung mengartikan atau mengganti kata "meramalkan" di tulisan itu dengan "memastikan". Mengapa? Karena setiap orang bisa saja meramalkan apa yang akan terjadi jika dia melakukan perbuatan itu. Misalnya, seseorang melakukan perbuatan A, dia bisa meramalkan akibat perbuatannya A1 atau A2 atau A3. Bahkan kalau ia lebih teliti, ia bisa melihat kemungkinan-kemungkinan tersebut dalam bentuk persentase, misalnya kemungkinan A1, 30 persen. Meskipun demikian, ia tetap tak bisa memastikan kalau dia melakukan A, akibatnya pasti A juga. WAHYU WARDHANA Pogung Dalangan Sia XVI/VIII/10 Yogyakarta 55284
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo