Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Prelude

Sekali lagi soal tanda tanya

31 Agustus 1991 | 00.00 WIB

Image of Tempo
Perbesar

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Sekali lagi saya merasa terpanggil untuk menambah sesuatu pada tulisan Saudara Slamet Djabarudi (TEMPO, 10 Agustus 1991, Kontak Pembaca). Pada tulisan itu, Saudara Slamet Djabarudi mengemukakan bahwa kalimat "Jangan ditanya ke mana aku pergi" tidak boleh ditutup dengan tanda tanya. Dalam bahasa tertulis, untuk pertanyaan yang dikutip tidak langsung, tidak dibubuhi tanda tanya, dan lisannya tidak diucapkan dengan intonasi pertanyaan. Bila kalimat tersebut diubah menjadi kalimat dengan kutipan langsung, maka berlaku: Jangan ditanya, "Ke mana engkau pergi?" Dalam hal ini, kata "ke mana" berfungsi sebagai kata tanya, sedangkan dalam kalimat dengan kutipan tak langsung, kata "ke mana" berfungsi sebagai kata penghubung. Selanjutnya untuk kalimat "Engkau belum tahu, ke mana aku pergi?" Tanda tanya dalam kalimat tersebut dipasang untuk induk kalimat. Sebab, untuk anak kalimat tidak dibubuhi tanda tanya. Dalam bahasa lisannya, induk kalimat tersebut diucapkan dengan intonasi pertanyaan. PROF. DIKWAN EISENRING Jalan Abdurrahman Saleh Kelurahan Birobuli Palu 94114

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Image of Tempo
Berlangganan Tempo+ untuk membaca cerita lengkapnyaSudah Berlangganan? Masuk di sini
  • Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
  • Akses penuh seluruh artikel Tempo+
  • Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
  • Fitur baca cepat di edisi Mingguan
  • Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo
Lihat Benefit Lainnya

Image of Tempo

Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini

Image of Tempo
Logo Tempo
Unduh aplikasi Tempo
download tempo from appstoredownload tempo from playstore
Ikuti Media Sosial Kami
© 2024 Tempo - Hak Cipta Dilindungi Hukum
Beranda Harian Mingguan Tempo Plus