Beberapa bulan lalu, saya mengucapkan terima kasih kepada Riffat Hassan lewat surat pembaca. Kini kepada Jalaluddin Rakhmat, sehubungan dengan tulisannya ''Bidadari itu Perempuan Saleh'' (TEMPO, 6 November 1993, Kolom). Saya gembira sekali membaca tulisan Jalal itu. Soalnya, artikel itu menjawab pertanyaan saya pada surat pembaca tersebut, yakni mengapa perempuan ''didiskreditkan'' oleh banyak mubalig (anehnya, juga mubaligat). Saya tak heran jika banyak ulama kita yang tak setuju dengan pendapat Jalaluddin Rakhmat atau Riffat Hassan. Mereka menulis di media massa, dan ada pula yang langsung memakinya di majelis taklim, masya Allah. Menurut saya, sangat Islami bila kita tak setuju dengan pendapat orang lain, datangilah orang itu atau surati, dan selesaikan masalahnya (bila ia masih hidup). Jangan itu ditabur di majelis taklim yang hanya mengaminkan saja. Selain tulisan Jalal itu, ada satu surat pembaca TEMPO yang cocok di hati saya, yakni surat Safrudin Chamidi dari Australia (TEMPO, 9 Oktober, Komentar), yang menampilkan diskusi antara Kuncung dan Bawuk tentang Surat An Nisaa ayat 34. Kepada Safrudin Chamidi saya pun berterima kasih karena ikut menguraikan ganjalan di hati. NY. DEWI MARIATI Desa Rengas, Ciputat Tangerang, Jawa Barat
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini