Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menjaga kebugaran tubuh dengan berolahraga wajib dilakukan meski sedang berpuasa. Tapi ada banyak penyesuaian yang mesti diterapkan agar olahraga tidak membebani tubuh yang sedang berpuasa.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Menurut pakar sekaligus pelatih kebugaran Dinda Utami, yang harus disesuaikan pertama kali adalah intensitasnya. Jika sebelum puasa kita biasa berolahraga berat selama satu jam, saat berpuasa mesti dilakukan penyesuaian bertahap, tetapi konsisten. "Berapa pun lama waktunya, yang penting konsisten dan disiplin memenuhi jadwal olahraga dengan baik," kata dia.
Baca berita dengan sedikit iklan, klik di sini
Pada tahap awal berpuasa, atau di minggu awal berpuasa, kita bisa memenuhi jadwal olahraga sebanyak dua kali dalam seminggu dengan lama berolahraga satu jam. Setelah tubuh menyesuaikan diri, di minggu kedua berpuasa, olahraga dapat ditingkatkan menjadi seminggu tiga kali dengan lama masing-masing satu jam. "Latihan bisa dari yoga, kardio, atau latihan beban. Yang penting enjoy," tutur Dinda.
Menurut Dinda, waktu terbaik untuk berolahraga adalah sore hari ketika pulang kerja sambil menunggu waktu berbuka puasa. "Kalau tidak sempat bisa di waktu setelah berbuka puasa atau setelah salat tarawih." Intinya, menurut Dinda, olahraga harus dilakukan, bukan hanya dipikirkan atau dibayangkan.
Ketua Departemen Ilmu Gizi Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia-Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo Fiastuti Witjaksono, mengatakan hal serupa, bahwa waktu yang paling tepat untuk berolahraga adalah sesaat sebelum berbuka puasa. "Olahraga di waktu ini bisa membakar sisa-sisa lemak yang ada di tubuh setelah hampir 14 jam berpuasa," kata dia. Olahraga yang intens di waktu-waktu ini diklaim cocok untuk yang ingin mengurangi atau menjaga berat badan tetap selama puasa.
Fiastuti tidak menyarankan berolahraga setelah sahur. "Karena akan banyak cairan tubuh yang keluar melalui keringat yang akan menyebabkan dehidrasi," tutur Fiastuti. Kondisi dehidrasi parah dapat mengancam nyawa seseorang.
Hal lainnya yang perlu diperhatikan adalah gaya saat menyantap makanan. "Makan harus dengan tenang, perlahan, dan tidak sambil mainan handphone," ujar Dinda. Jika melakukan aktivitas makan dengan tidak tenang, kata dia, sinyal kenyang menjadi hilang sehingga kita akan cenderung makan lebih banyak daripada yang dibutuhkan. "Jadi, jangan terburu-buru menyalahkan makanan."
Adapun spesialis gizi klinik, gaya hidup, dan anti-penuaan Abdullah Firmansyah mengatakan puasa adalah kesempatan yang baik untuk mendetoksifikasi tubuh agar semakin bugar. "Proses detox itu pun sebetulnya sudah terjadi tiap hari tanpa kita sadari dengan buang air kecil, buang air besar, dan juga keringat. Tapi tubuh punya keterbatasan," kata dia. Konsumsi makanan sintetis dapat menghambat proses detoksifikasi tersebut.
Dia mengatakan contohnya adalah nugget ayam. Konsumen mengetahui produk tersebut mengandung ayam karena ada keterangan di logo kemasannya. Ketika dimakan, rasanya mirip seperti rasa ayam, meski bahan bakunya sebagian besar bukan ayam. "Aroma, rasa bisa saja ayam, tetapi semuanya buatan. Ini yang bikin masalah di badan," kata dia. Hal ini menunjukkan makanan menjadi salah satu racun bagi tubuh.
Firman menjelaskan tanda-tanda racun di tubuh sudah menumpuk adalah mudah merasa lelah, mengantuk, lemas, sulit berkonsentrasi, sulit mengingat, cepat lupa, sering kembung, sulit buang air besar atau malah sering diare, kulit gatal-gatal, dan berjerawat. "Ini menunjukkan tubuh memerlukan detox ketat," kata dia. Selama berpuasa, dia menekankan untuk menghindari makanan kemasan, berkarbohidrat tinggi, dan memperbanyak konsumsi buah dan sayur.
Dia mengatakan detoksifikasi yang berhasil selama puasa menyebabkan tubuh semakin segar. Jika terjadi sebaliknya, hal itu menandakan tubuh kita tidak sehat. "Puasa ini adalah detox yang paling enak karena selama 14 jam kita membatasi jumlah yang kita konsumsi, sekaligus beribadah. Kesempatan ini mesti dimaksimalkan." DINI PRAMITA
- Akses edisi mingguan dari Tahun 1971
- Akses penuh seluruh artikel Tempo+
- Baca dengan lebih sedikit gangguan iklan
- Fitur baca cepat di edisi Mingguan
- Anda Mendukung Independensi Jurnalisme Tempo