TEMPO.CO, Jakarta - Pembantu senior Presiden Donald Trump dikabarkan berulang kali menasehati Trump agar tidak menyerang pribadi Kim Jong-un, pemimpin Korea Utara, pada acara sidang umum Perserikatan Bangsa-Bangsa, yang digelar awal pekan ini.
Mereka berpendapat ucapan menghina kepada despot muda itu di ajang internasional bisa menimbulkan ketegangan. Ini juga bisa menutup pintu negosiasi untuk mengakhiri krisis nuklir di Semenanjung Korea.
Baca: Donald Trump Sebut Kim Jong-un Manusia Roket yang Jalani Misi Bunuh Diri
Dua orang pejabat Amerika Serikat mengungkapkan istilah “Rocket Man” dan “misi bunuh diri”, yang ditujukan kepada Kim Jong-un, serta “kehancuran total” Korea Utara tidak muncul dalam rancangan pidato yang diusulkan sejumlah penasihat senior pada Senin atau sehari sebelum pidato di Sidang Umum PBB dilakukan Trump.
“Petinggi seperti penasihat keamanan H.R. McMaster mengatakan berbulan-bulan bahwa menyerang pribadi pemimpin Korea Utara itu tidak perlu dilakukan,” demikian tertulis di Los Angeles Times, Sabtu, 23 September 2017.
Baca: Pidato Perdana di PBB, Donal Trump Ancam Korea Utara
Namun Trump dikenal sebagai orang yang gemar mengecilkan orang-orang yang menjadi pesaing dan musuh politiknya. Dia pun merasa perlu untuk menggunakan istilah-istilah tadi untuk membangun nuansa dramatis di forum global.
Para penasihat ini khawatir perang mulut antara Trump dan Kim, yang menjulukinya orang tua pikun dan suka menggonggong, bakal mengganggu upaya dunia internasional menekan ekonomi Korea Utara lewat sanksi PBB.
Menurut penilaian psikologi Central Intelligence Agency terhadap Kim, yang berumur sekitar 33 tahun dan mulai berkuasa pada 2011, dia adalah orang yang memiliki ego terlalu besar dan suka bereaksi secara kasar dan berbahaya.
Kim juga dinilai memiliki masalah psikologi yaitu tidak bisa memisahkan antara dia dan Korea Utara. Kakek Kim adalah Kim Il-sung, yang merupakan pendiri negara itu. Dan ayahnya, Kim Jong-il adalah anak Il-sung.
Seusai Trump menyerang Kim secara personal di hadapan sekitar 200 presiden, perdana menteri, raja, pangeran, dan diplomat di Sidang Umum PBB, Kim meradang.
Kim mengeluarkan pernyataan menyebut Trump sebagai orang tua pikun yang mengalami sakit mental, seorang gangster yang harus ditaklukkan dengan api.
Menurut kantor berita Korea Selatan, Yonhap News Agency, Menteri Luar Negeri Korea Utara Ri Yong-ho, mengancam bakal merespons pidato Trump dengan uji coba nuklir terbesar di kawasan Pasifik.
Namun, ini tidak menghentikan Trump untuk kembali menyerang Kim. Lewat akun Twitter-nya @realDonaldTrump, Trump mengatakan Kim adalah orang gila yang merasa tidak keberatan membuat rakyatnya sendiri kelaparan. “Dia akan diuji dengan cara yang belum pernah dialaminya,” kata Trump.
Seorang ilmuwan politik dari Georgetown University, Matthew Kroenig, mengatakan pidato Trump yang mengatakan akan menghancurkan total Korea Utara merupakan bentuk strategi resmi AS dalam mencegah serangan nuklir.
“Poinnya adalah untuk menghentikan niat Korea Utara menyerang. Ini adalah seni pencegahan dan belum berubah sama sekali,” kata Kroenig soal pidato Donald Trump. “Ini dilakukan untuk meyakinkan musuhmu bahwa keuntungan melakukan serangan dikalahkan dengan kerugian yang akan dideritanya.”
LATIMES | BUDI RIZA