TEMPO.CO, Jakarta - Direktur Utama PT Pertamina (Persero) Elia Massa Manik menargetkan Lapangan Gas Jambaran Tiung Biru, Bojonegoro, Jawa Timur, beroperasi pada 2021. Pertamina masih menuntaskan negosiasi pengalihan hak partisipasi (participating interest/PI) dalam pengembangan JTB.
Sejalan dengan proses negosiasi itu, Pertamina juga telah menyepakati jual beli gas bumi dengan PT PLN (Persero) dengan harga USD 7,6 per MMBTU pada 8 Agustus 2017. "Kesepakatan itu menjadi awal untuk bisa mengembangkan lapangan gas JTB, karena sudah ada pembelinya," kata Elia dalam keterangan tertulis, Senin, 25 September 2017.
Baca juga: Pertamina Kucurkan USD 1,54 M untuk Proyek Jambaran Tiung Biru
Adapun kini Pertamina baru memiliki PI sebesar 45 persen. Pasca alih kelola, Pertamina akan menguasai PI hingga 91 persen dan sisanya 9 persen, akan dimiliki badan usaha milik daerah (BUMD).
Lapangan JTB akan dimulai pengeborannya setelah PEPC menunjuk PT Rekayasa Industri (Rekind) dan PT Japan Gas Corporation yang sudah memenangkan tender. Lapangan gas ini memiliki kompleksitas tinggi dengan kandungan CO2 34 persen, fasilitas pemrosesan gas 330 juta kaki kubik per hari (million metric standard cubic feet per day/MMSCFD), dan produksi gas jual 172 MMSCFD.
Elia mengatakan pengembangan Jambaran Tiung Biru akan menjadi harapan baru bagi Indonesia. "Khususnya untuk mengatasi defisit pasokan gas di Jawa Tengah dan Jawa Timur," kata dia.
Pertamina berharap dengan adanya cadangan gas JTB sebesar 2.5 triliun kaki kubik (TCF), industri di Jawa Tengah dan Jawa Timur akan mendapat suplai gas yang cukup menggerakkan ekonomi nasional, serta dapat membuka lapangan kerja dan mengurangi angka kemiskinan.
CAESAR AKBAR