Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Ketika Edwin Menyapa Penonton dengan Ramah

image-profil

Oleh

image-gnews
Cuplikan film Posesif yang ikut dibintangi aktris debutan Putri Marino. Palari Films
Cuplikan film Posesif yang ikut dibintangi aktris debutan Putri Marino. Palari Films
Iklan

POSESIF

Sutradara: Edwin

Skenario: Gina S. Noer

Pemain: Adipati Dolken, Putri Marino, Cut Mini, Yayu Unru

Produksi: Palari Films

LALA memulai hidupnya dengan berlari pagi ketika matahari belum datang. Di dalam gelap, langkahnya menandakan dia ingin selalu lebih maju, lebih cepat agar loncat indah yang dilakukan setiap hari akan bisa lebih sempurna. Lala harus mampu melihat dirinya pertama-tama sebagai atlet, baru kedua sebagai putri ayahnya. Tetapi sesungguhya Lala (Putri Marino) melakukan itu semua karena “aku selalu merasa dekat dengan Ibu setiap kali meloncat,” katanya kepada Yudhis (Adipati Dolken), kawan satu sekolah yang kemudian menjadi kekasihnya.

Lala dan Yudhis adalah pasangan remaja milenial: telepon seluler pintar, Instagram, dan segalanya adalah bagian hidup mereka. Tetapi Lala dan Yudhis bukan Rangga dan Cinta atau Galih dan Ratna. Sementara Rangga dan Cinta berwarna jingga atau merah jambu, Lala dan Yudhis adalah pasangan kelabu, yang menuju kekelaman, jika tak ada yang segera mencegah mereka pada kehancuran kemanusiaan.

Perlahan-lahan sutradara Edwin memperkenalkan mereka, keluarga Lala yang hanya terdiri atas dia dan ayahnya (Yayu Unru), karena sang Ibu, peloncat indah yang menjadi sosok teladan Lala, sudah lama meninggal. Sang Bapak, sebagai pelatih, bersikap keras dan tak menyadari putrinya butuh ruang untuk tumbuh. Maka ruang itu tampaknya disediakan oleh Yudhis. Belakangan, sutradara membuka lapis demi lapis tentang Yudhis, yang sebetulnya tak memiliki ruang apa pun kecuali untuk dirinya sendiri. Ibu Yudhis (Cut Mini) membuat penonton bakal terperangah karena baru menyadari ternyata ada juga ibu semacam itu, paling tidak dalam dunia rekaan Edwin dan penulis skenario Gina S.Noer.

Ini adalah film layar lebar ketiga Edwin setelah Babi Buta yang Ingin Terbang (2008) dan Postcard from the Zoo (2012), yang hanya ditayangkan di berbagai festival internasional dan komunitas-komunitas film. Tetapi baru kali ini film karya Edwin akan ditayangkan di bioskop dan—mungkin karena itu—pendekatannya sedikit ada sentuhan “mainstream”. Artinya, berbeda dengan kedua film sebelumnya yang penuh simbol, kali ini Edwin menggunakan drama tiga babak yang konvensional, dialog yang mudah dipahami, dan persoalan yang cukup dikenal. Tokoh yang melakukan kekerasan sering kali sebelumnya adalah korban kekerasan. Kira-kira itu salah satu pesan moral film ini. Tetapi pesan moral yang lebih besar adalah seberapa jauh sebuah hubungan bisa dipertahankan ketika terjadi penindasan fisik dan mental?

Baca Juga:

Putri Marino adalah pendatang baru yang layak diperhatikan, wahai para sutradara lain. Edwin sudah menggosok mutiara ini, tinggal sang aktris baru ini yang harus bisa memilih jalan yang tepat untuk film-film berikutnya. Cut Mini tampil sebagai ibu yang berbeda dengan peran-peran sebelumnya: keji dan mencekam. Tentu saja kita jadi tertarik mengapa tokoh Ibu menjadi sosok seperti itu. Di dalam kedua film sebelumnya, Edwin sesekali memperlihatkan adegan yang mengungkap kekelaman tokohnya dengan ekstrem. Mencekam dan tak nyaman, seperti halnya film-film pendek ataupun layar lebar karya Edwin lainnya.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Akan halnya Lala dan Yudhis, pasangan Romeo-Juliet kelabu dalam film ini tersebut adalah sebuah kisah coming of age yang nyaris menjadi mimpi buruk para orang-tua yang selalu saja merasa serba salah menghadapi anak-anak remaja mereka. Di dalam film ini, Lala dan Yudhis sama-sama tumbuh dan dibesarkan orang tua tunggal. Tetapi salah satu dari mereka harus menanggung problem serius yang sebetulnya sudah jauh melampaui perkara “posesif”, melainkan sudah mencapai problem psikologi yang sangat berat. Edwin memulai dengan tokoh Putri sebagai remaja yang memulai harinya dengan lari pagi dan mengakhirinya dengan adegan Putri yang menjadi lebih dewasa setelah menghadapi begitu banyak gerunjal setahun terakhir di masa SMA, yang akhirnya memilih melangkah ke depan. Dengan segala hati yang pernah remuk, Putri digambarkan Edwin sebagai perempuan yang memilih untuk perlahan menyembuhkannya dengan berlari pagi menjemput masa depannya.

Akhirnya Edwin kini mulai percaya optimisme hidup. Akhirnya Edwin percaya pada narasi film yang “ramah” kepada penonton. Sebuah upaya pertama yang berhasil mencengkeram emosi penonton, tapi saya tetap menantikan karya selanjutnya yang memperlihatkan sidik jari Edwin sesungguhnya.

LEILA S.CHUDORI

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

14 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


16 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

23 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

26 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

42 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

42 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.