TEMPO.CO, Jakarta - Taufik Gani, 60 tahun, tak pernah menyangka tetangganya, Dita Upriyanto sekeluarga akan melakukan aksi teror bom di Surabaya, Ahad 13 Mei 2018. "Sama sekali enggak ada yang menduga. Kita juga enggak tahu," ujar Taufik, yang juga Ketua Rukun Warga di kawasan Perumahan Wisma Indah, Wonorejo, Surabaya, Jawa Timur, kepada Tempo, hari ini.
Taufik mengatakan, dalam kesehariannya, kehidupan sosial Dita sekeluarga selayaknya warganya yang lain. Pria 48 tahun itu pun termasuk orang yang biasa bergaul, bahkan diajak ngobrol oleh tetangga-tetangganya."Rumahnya terbuka, pagarnya ram-raman bisa dilihat dari luar," ujar dia.
Bahkan, Taufik hampir setiap hari bertemu dengan Dita di musala dekat rumahnya saat melaksanakan salat subuh, magrib, dan isya berjamaah. Taufik berujar Dita rutin mengajak dua anak laki-lakinya, Yusuf Fadil, 18 tahun, dan FH, 16 tahun, untuk salat berjamaah di masjid pada tiga waktu salat itu.
Baca juga: Bom Surabaya, Kapolri Ungkap Tiga Jenis Bom yang Dipakai
"Itu setiap hari ke masjid enggak pernah lepas. Tadi pagi saja masih salat subuh bertiga," kata Taufik.
Sehari-harinya, Taufik mengatakan Dita berprofesi sebagai penjual berbagai jenis minyak, seperti minyak kemiri, minyak aceri, minyak zaitun, dan minyak jinten. Sementara istrinya, Puji Kuswati, 43 tahun, setiap hari di rumah untuk membantu Dita berjualan. Anak-anaknya, Yusuf, FH, FS, 12 tahun; dan VR, sembilan tahun; bersekolah seperti biasa.
Ia baru mengetahui bahwa tetangganya adalah pelaku teror bom Surabaya setelah adanya pemberitaan-pemberitaan mengenai tragedi itu. Sore tadi Kepolisian RI menyatakan telah mengidentifikasi bahwa pelaku bom di tiga Gereja di Surabaya itu adalah satu keluarga Dita Upriyanto.
Dita diduga melakukan pengeboman di Gereja Pantekosta di jalan Arjuno. Tito mengatakan Dita menggunakan mobil dalam melakukan aksinya. "Yang gunakan Avanza diduga keras itu adalah orang tuanya atau bapaknya," ujarnya. Sebelum melakukan aksinya, Dita terlebih dahulu menurunkan anggota keluarganya, yaitu sang istri dan dua anak perempuannya, di GKI Diponegoro.
Baca juga: Jokowi: Peledakan Bom di Gereja Surabaya sebagai Tindakan Biadab
Ledakan di Gereja Santa Maria Tak Bercela juga terkait dengan keluarga ini. Ledakan di gereja di Ngagel itu diduga dilakukan dua anak laki-laki Dita, yaitu Yusuf Fadil dan FH. Mereka menggunakan bom yang diletakkan di pinggang. "Semuanya serangan bom bunuh diri, cuma bomnya berbeda," kata Tito.
Saat ini, kata Taufik, polisi masih melakukan penggeledahan dan pengosongan di rumah Dita di kawasan Perumahan Wisma Indah Blok K No 22, Wonorejo, Rungkut, Surabaya. Polisi mendobrak rumah Dita mulai pukul 16.30 WIB dan memulai penggeledahan sekitar magrib. Polisi sempat melakukan peledakan dalam penggeledahan itu. "Barang sekarang sudah dikeluarkan semua, itu ada kaleng-kaleng dan plastik. itu sudah kosong," ujar Taufik yang masih berada di lokasi.
Pada Ahad pagi tadi, ledakan bom terjadi di tiga gereja di Surabaya, Jawa Timur. Lokasi serangan bom di Surabaya terjadi di Gereja Kristen Indonesia, Jalan Diponegoro; Gereja Santa Maria Tak Bercela, Jalan Ngagel Madya Nomor 1, Baratajaya, Kecamatan Gubeng; dan Gereja Pantekosta di Jalan Arjuno.
Tito menyebut para pelaku bom di Surabaya diduga berkaitan dengan jaringan Jamaah Ansharud Daulah (JAD). "Satu keluarga ini terkait dengan sel JAD yang ada di Surabaya. Dia adalah ketuanya Dita ini," ucapnya.