TEMPO.CO, Jakarta -Di sebuah peneropongan bintang yang sepi di Bandung, seorang doktor astronomi jatuh cinta kepada seorang alien yang namanya sulit diucapkan. Namun ia mampu menghafal nama tersebut, Ssumphphwttsspahzaliapahssttphph.
Kesulitan mengeja membuat Arjuna Wibowo(Rangga Riantiarno)—nama sang doktor—menyebut alien tersebut Sumbadra (Tuti Hartati). Perkenalan dan pertemuan keduanya membuahkan cinta. Arjuna mencoba mengenal dan mempelajari dunia Sumbadra pun sebaliknya.
Arjuna yang serius mencintai Sumbadra berniat mengenalkan perempuan alien ini kepada keluarganya. Bahkan ia berencana mengemukakan rencananya untuk melamar Sumbadra.
Sumbadra semula ragu, namun akhirnya ia luluh. Ia memberitahu Arjuna kalau nanti dirinya tak akan terlihat bahkan suaranya pun tak akan terdengar kalau berada di tempat keluarganya Arjuna. Arjuna pun meyakinkan Sumbadra kalau kisahnya lain dari Arjuna dalam pewayangan.
Dalam sebuah acara makan malam keluarga, Sumbadra hadir. Tentu saja tak ada anggota keluarga yang mampu melihat kehadirannya. Hanya Arjuna saja. Semua anggota keluarga terlihat mengikuti polah Arjuna, dan mereka memberi restu. Termasuk sang ayah, Wibowo Surmadjo yang diperankan Budi Ros—seorang politikus, anggota Dewan Rakyat, tumpuan partai, terkenal korup—yang menyetujui untuk ikut pergi ke planet Ssumvitphphpah, tempat Sumbadra berasal. Siapa sangka, saat Arjuna tak ada sang ayah mengira putra keduanya ini gila.
Gemintang, produksi ke-153 Teater Koma kali ini dengan segala kekhasannya masih mengusung kondisi perpolitikan negeri saat ini. Korupsi yang masih terus ada. Perilaku korup coba disorot dari salah satu kehidupan seorang pejabat dan keluarganya. Ya, Wibowo Surmadjo beserta dua istri, tiga orang anak, seorang ibu, seorang kakak, serta dua orang pamannya.
Gemintang meramu kisah sebuah keluarga dengan polemik masing-masing dan terbagi dalam beberapa kisah: Arjuna dan kisah cintanya, Wibowo dan Samudra dengan kasus korupsinya, para istri dengan kehidupan hedonnya, anak perempuan dengan pelariannya, Ibu dan kakak dengan obsesinya.
Dua orang istri masing-masing punya pergaulan berkelas, berharap suami aman meski melakukan praktik setan. Tindak tanduk suami bahkan bisa menjadi bahan gosip sembari ngopi cantik di kafe langganan.
Pementasan Gemintang merupakan pentas ke-153 Teater Koma
Kehidupan Arjuna sebagai seorang peneliti dunia langit seolah menjadi alienasi dari keluarganya sendiri. Ia tinggal jauh dari keluarga. Tahu seperti apa kelakuan ayahnya, karakter saudaranya, dan keluarganya yang lain. Tapi ia tak ambil peduli. Ia lebih peduli untuk mendapatkan cinta saat di rumah ia tak menemukannya dari yang ia sebut keluarga.
Cinta ia temukan dari Sumbadra yang berasal dari sebuah planet berjarak 12 miliar tahun bumi.
Pelarian dari kehidupan keluarga pun nampak dari Pratiwi (Bunga Karuni), si bungsu yang masih SMA. Ia pintar namun gemar main dan menari di klub. Ia punya sikap sendiri menghadapi ayahnya yang korup. Ia sadar apa yang dilakukan ayahnya bukan hal benar. Ia tahu dari mana sumber uang di keluarganya selama ini. Tapi di sisi lain apa yang ayahnya beri adalah kewajiban orang tua.
Sulung, DR. Samudra ia berpihak pada sang ayah, turut terlibat dalam praktik politik kotor. Wibowo yang korup sebetulnya sudah terendus tinggal diseret ke tempat terang. Nasibnya tertangkap aparat pun diramalkan Aprat Sakiro (Salim Bungsu) dan Subrat Balia (Joind Bayuwinanda).
Sakiro meramalkan masa depan Wibowo melalui imajinasi Negeri Hindanasasa. Menurut dia tak lama lagi bakal ada penggerebekan, disusul kecelakaan menabrak tiang listrik, juga bayangan benjol sebesar bakpao. Perasaan Wibowo pun makin tak karuan. Ia pun segera menyiapkan skenario dibantu sekretaris dan Samudra. Bukti-bukti penting dilenyapkan, skenario penyelamatan diri disiapkan. Terawangan serupa kisah di negeri Hindanasasa terbukti. Dan dengan mudah penonton tahu kisah siapa yang diadaptasi dalam pementasan ini.
Semesta Koruptor
Lewat Gemintang, Nano Riantiarno ingin meneropong kehidupan orang-orang terdekat di sekitar koruptor, yakni keluarganya. Bagaimana tindakan seorang kepala keluarga berdampak pada anak-istri. Ia meramu berbagai tragedi manusia.
“Lakon Gemintang terjadi di sebuah negeri di mana manusia sudah melupakan ilmu pengetahuan dan mengabaikan pendidikan, lalu hanya bisa melakukan tindakan korupsi,” terang Nano Riantiarno, penulis naskah dan sutradara Gemintang.
Kekuasaan dan kekayaan kerap menjadi tujuan pelaku korup. Segala cara dihalalkan agar tuju dapat diraih. Pementasan ini pun memperlihatkan bagaimana generasi muda mencoba memberontak, melepaskan diri dari jerat kebobrokan generasi sebelumnya. Inilah kisah manusia yang mencari cinta di negeri tanpa cinta,” lanjutnya.
Keluarga koruptor adalah pihak paling terdampak saat mereka ditangkap aparat. Kehidupan mereka bisa kacau. Kehidupan berubah nyaris 180 derajat, kekayaan disita, pertolongan tak ada, karib pun raib entah kemana.
Keadaan pun bisa bercerai-berai. Bahkan dalam kisah Wibowo ini sang Ibu, Sahlinaz atau Kejora (Ratna Riantiarno) luntang-lantung mencari tempat tinggal bersama putranya, Sahranasyad atau Rambo (Idries Pulungan) yang berambisi menjadi aktor. Tak ada lagi rumah. Yang ada hanya semesta beratap langit sebagai suaka.
Apa yang dialami sang ayah nampak tak berpengaruh kepada Arjuna. Ia masih sibuk dengan obsesi terhadap Sumbadra yang akhirnya kembali ke planetnya. Arjuna nampaknya alami gangguan jiwa dalam keterasingannya sendiri. Hingga tua ia menanti Sumbadra yang bisa saja sebenarnya sama sekali tak ada. Sehingga Arjuna tak menemukan cinta di mana-mana.
Kritik yang disajikan mengenai koruptor rasanya masih di bahasan yang tak jauh dari model praktik berulang, hal yang sudah banyak diketahui masyarakat lantaran berita soal koruptor selalu menarik dilahap. Tapi melihat momentum, mengangkat soal kasus Setya Novanto tentu cukup membuat ingatan mundur jauh lagi dari kasus penangkapan koruptor terbaru belakangan ini.
Warna Baru
Nyanyi dan dialog-dialog dalam gemintang masih seperti yang disajikan Koma seperti biasanya. Namun penyajian berbeda disuguhkan lewat segmen anak muda di klub. Nyanyian dengan gaya generasi Z. Istilah-istilah singkatan anak zaman now berawuran. Bagian ini melibatkan penampilan dari personel PATEKO (Pembekalan Anggota Teater Koma) di awal tahun 2018. Berikut penyajian animasi yang menjadi pertama kalinya disajikan Teater Koma setelah 41 tahun berdiri. Dua hal ini menyajikan kesegaran baru dari segala kekhasan pementasan Teater Koma selama ini.
Pementasan Gemintang merupakan pentas ke-154 Teater Koma
Lakon Gemintang ini dipentaskan di Graha Bhakti Budaya, Pusat Kesenian Jakarta Taman Ismail Marzuki setiap hari, 29 Juni sampai dengan 8 Juli 2018, pukul 19.30 WIB kecuali hari Minggu, 1 dan 8 Juli 2018, pukul 13.30 WIB.