TEMPO.CO, Jakarta - Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati mewaspadai meningkatnya defisit neraca berjalan Indonesia. Bank Indonesia pekan lalu mengumumkan angka defisit tersebut mencapai 3 persen. "Kita waspada, kalimat saya waspada yah," ujar Sri Mulyani di Hotel JS Luwansa, Jakarta Selatan, Senin, 13 Agustus 2018.
Baca: Sri Mulyani Meradang Dituding Jual Pulau Bali untuk Bayar Utang
Sri Mulyani berujar angka 3 persen tersebut sebenarnya masih lebih rendah ketimbang 2015 lalu yang mencapai di atas 4 persen. Namun, setiap pihak tetap perlu hati-hati lantaran lingkungan global yang dihadapi saat ini pun sangat berbeda ketimbang tahun 2015.
"Pada 2015 itu quantitative easing masih terjadi dan kenaikkan suku bunga belum dilakukan, baru diungkapkan," ujar bekas Direktur Bank Dunia itu.
Sementara, pada tahun ini pelonggaran kuantitatif, kata dia, sudah mulai dikurangi. Kondisi lainnya, saat ini suku bunga bank sentral juga sudah naik secara global. Dampaknya, mata uang dunia juga mengalami tekanan yang lebih kuat.
Baca Juga:
Nilai tukar rupiah terpantau melemah pada hari ini, Senin, 13 Agustus 2018. Berdasarkan RTI Business pukul 11.52 WIB, kurs tercatat pada level Rp 14.613 per dolar AS atau anjlok 0,88 persen setelah dibuka pada level Rp 14.486 per dolar AS.
Sementara, Jakarta Insterspot Dollar Rate Bank Indonesia alias JISDOR BI mencatat rupiah berada pada level Rp 14.583 per dolar AS. Angka tersebut menunjukkan pelemahan yang signifikan bila dibandingkan pada Jumat pekan lalu yang tercatat Rp 14.437 per dolar AS.
Bank Indonesia mencatat adanya kenaikan defisit neraca transaksi berjalan pada triwulan II 2018. Direktur Eksekutif Kepala Departemen Statistik Yati Kurniati mengatakan defisit pada triwulan II 2018 meningkat sebesar US$ 8 miliar atau 3 persen PDB jika dibandingkan pada triwulan sebelumnya sebesar US$ 5,7 miliar atau 2,2 persen PDB.
"Peningkatan defisit transaksi berjalan dipengaruhi penurunan surplus neraca perdagangan nonmigas di tengah kenaikan defisit neraca perdagangan migas," kata Yati di Bank Indonesia, Jumat, 10 Agustus 2018. Namun, ia mengatakan sampai dengan semester I 2018, defisit transaksi berjalan masih berada dalam batas aman yaitu 2,6 persen PDB.
Selain neraca defisit berjalan, Sri Mulyani mengatakan pemerintah menjaga perekonomian Indonesia dengan memantau neraca Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, neraca Badan Usaha Milik Negara.
Baca: Cek Kesiapan Asian Games 2018, Sri Mulyani Diajak Selfie
"Dari sisi kebijakan moneter juga Bank Indonesia akan menjaga inflasi rendah untuk stabilitas rupiah kita," kata Sri Mulyani. Di samping Otoritas Jasa Keuangan juga akan mengawasi neraca perbankan agar tetap sehat.
CAESAR AKBAR | KARTIKA ANGGRAENI