TEMPO.CO, Jakarta - Deputi Gubernur Senior Bank Indonesia Mirza Adityaswara mengatakan proyeksi asumsi APBN 2019 yaitu nilai tukar rupiah di angka Rp 14.300 - Rp 14.700. Menurut Mirza, hal tersebut berdasarkan situasi 2019 yang lebih terkontrol.
Baca juga: Moodys Ingatkan Dampak Negatif Jika Rupiah Rerus Melemah
"Situasi 2019 lebih controllable dibandingkan 2018 ini sehingga kami berikan proyeksi untuk asumsi APBN Rp 14.300 sampai Rp 14.700," kata dia saat rapat dengan Komisi XI DRP, Kamis, 13 September 2018.
BI, kata Mirza, memprediksi The Federal Reserve (The Fed) masih akan menaikkan suku bunga acuan pada tahun 2019. Kenaikan suku bunga acuan itu, kata Mirza, bisa mencapai 3,25 persen dari saat ini yang sebesar 2 persen.
"Di dalam proyeksi kami BI, kami perkirakan bahwa suku bunga AS 2019 akan naik sampai 3,25 persen. Dari sekarang 2 persen, bisa naik sampai 3,25 persen," kata dia
Mirza menjelaskan aba-aba kenaikan suku bunga ini sudah dilakukan bahkan sejak tahun 2013 sedangkan pengetatan likuiditas juga mulai dilakukan pada 2014. Hal ini menimbulkan terjadinya volatilitas yang tinggi pada negara-negara emerging market seperti Indonesia.
Mirza menjelaskan kenaikan suku bunga AS ini kemudian direspons dunia termasuk BI. Hal tersebut membuat BI pada 2013 harus menaikkan suku bunga acuan untuk mengendalikan defisit transaksi berjalan (current account deficit/CAD) dan inflasi.
Kemudian dilanjutkan dengan kebijakan menurunkan suku bunga acuan pada periode 2016-2017. Namun, saat ini BI telah menaikkan suku bunga acuan sebanyak 125 basis points (bps) atau 1,25 persen sepanjang 2018.
Mirza menjelaskan BI akan tetap menempuh sikap kebijakan moneter yang ketat atau hawkish dalam menghadapi dinamika ketidakpastian ekonomi global terutama dalam merespons kenaikan suku bunga acuan. Hal itu di antaranya untuk menjaga stabilitas nilai tukar rupiah.