TEMPO.CO, Jakarta-Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto tak ambil pusing soal hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI) Denny JA yang menyatakan partainya bakal keluar dari posisi dua besar pada pemilu 2019. "Pemilu bukan dari hasil survei," kata Airlangga di Hotel Bidakara, Jakarta, Sabtu, 15 September 2018.
Airlangga berujar pemilu masih akan dilaksanakan 17 April 2019. Dengan jarak waktu tujuh bulan dari saat ini, kata dia, waktu yang tersisa dapat digunakan seoptimal mungkin. "Dan dengan jaringan-jaringan Partai Golkar, kami optimis target-target (yang ditetapkan) itu bisa dicapai," ujarnya.
Baca: Survei LSI Denny JA: PDIP Menang Pemilu, Gerindra Posisi Kedua
Sebelumnya, peneliti LSI Denny JA Adjie Al Faraby mengatakan Golkar terancam tidak masuk dua besar pemenang pemilu untuk pertama kali. Padahal sejak pemilu 1999 Golkar selalu masuk jajaran dua besar dan pernah menjadi pemenang pada pemilu 2004. Dalam pemilu 2019, Golkar diprediksi berada di posisi ketiga dengan elektabilitas 11,3 persen.
Menurut Adjie perubahan elektabilitas Golkar ini akibat tidak ada kadernya yang menjadi calon presiden atau wakil presiden 2019. Selain itu, Golkar terkena efek kasus korupsi yang dilakukan para petingginya, seperti Setya Novanto dan Idrus Marham. "Sentimen negatif yang terus menimpa Partai Golkar nampaknya belum diimbangi dengan mobilisasi sentimen positif," ujar Adjie.
Survei LSI Denny JA ini dilakukan pada 12-19 Agustus 2018 lewat wawancara tatap muka dengan instrumen kuesioner. Metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan 1.200 responden dan margin of error lebih-kurang 2,9 persen.
Simak: Elektabilitas Partai Golkar Merosot Berdasarkan Survei Alvara