INFO NASIONAL—Direktur Jenderal Bina Marga Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (Kementerian PUPR), Sugiyartanto, mengatakan kedepan sistem transportasi perkotaan dan antar kota akan semakin dinamis.
“Selain masalah amdal, yang cukup signifikan adalah luas jalan diatas tanah semakin terbatas. Kita harus menerobos hutan lindung, kebetulan daerah perbukitan di seluruh Indonesia sangat luas, sehingga pilihannya salah satunya adalah terowongan,” ujarnya saat memberikan keterangan usai membuka Seminar Nasional Terowongan yang dilaksanakan di kantor Pusat Penelitian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) di Jalan AH Nasution Nomor 264 Bandung, Jawa Barat, Senin, 17 September 2018.
Baca Juga:
Kota-kota besar, lanjut Sugiyartanto, seperti Jakarta, Bandung, Surabaya dan Medan sudah menerapkan pilihan alternatif konstruksi yakni terowongan. “Di Jakarta kita bangun transportasi masal, nah ini kan menghemat pengeluaran transportasi perorangan. Contoh di Jakarta ini bisa digunakan di tempat lain, tidak harus sama, tetapi pilihan alternatifnya membangun transportasi tidak diatas tanah.”
Sugiyartanto menambahkan mengenai pedoman peraturan pembangunan di bawah tanah bisa mengacu pada aturan yang sudah ada diluar negeri, seperti Jepang, Swiss, Belanda, Inggris, Perancis dan Amerika, yang mempunyai terowongan yang cukup panjang.
“Kita bisa merever ke sana, adik-adik kita yang junior saat ini di kirim sekolah disana, untuk antisipasi 10-20 tahun ke depan bukan tidak mungkin, transportasi dalam tanah akan menjadi jadi syarat pembangunan masa depan. Kendalanya soal pembiayaan, tapi kan bisa bertahap, dan sesuai kapasitas, bisa juga kerja sama dengan badan usaha yang lain,” kata Sugiyartanto.
Baca Juga:
Soal pedoman aturan pembangunan terowongan ini Dirjen Bina Marga mengaku sudah konsultasi dengan badan pertanahan nasional (BPN) dan Kementerian Agraria dan Tata Ruang (ATR). Karena pemilikan tanah itu apakah sampai jauh di bawah tanah misalnya 10 meter di bawahnya atau terowongannya hanya digunung batu dan harus jauh ke bawah, harus melewati sungai, atau di bawah dasar sungai.
“Ini bukan tidak mungkin, aturan ini perlu dilengkapi membidangi itu, akan disusun bersama dengan BPN dan ATR, kita beri masukan dari sisi keteknisan, jangan sampai ke depannya permasalahan tersebut tidak bisa di atasi,” katanya.
Kedepan, menurut Sugiyartanto, akan dilaksanakan pembangunan terowongan jalan Pekanbaru-Padang yang akan menembus bukit barisan sepanjang 9 kilometer. Sampai sekarang dalam posisi studi, termasuk lingkungan agar jangan sampai melewati hutan lindung taman nasional.
“Tahun 2020 diperkirakan segala sesuatunya sudah siap, kesiapan masyarakat dan konsultasi konstruksi yang melibatkan ahli-ahli teknis dari berbagai negara yang sudah punya pengalaman cukup panjang, seperti Jepang, yang secara alamnya sama, disana mungkin ada gempa disini juga ada gempa, sehingga perhitungan bisnisnya betul betul aman,” ujarnya.
Terowongan Cisumdawu Jawa Barat, lanjut Sugiyartanto, yang saat ini sedang dibangun, bisa menjadi pilot project dan menjadi pengalaman yang cukup berharga kedepannya karena di mulai dari masa konstruksi.
“Saya berharap dalam seminar 2 hari tentang terowongan ini, yang juga dihadiri para ahli dari Jepang, dapat melengkapi pengalaman kita, pengalaman dari negara yang sudah punya terowongan panjang, sekaligus sebagai transfer knowledge,” tutur Sugiyartanto. (*)