TEMPO.CO, Jakarta - Putus cinta adalah hal yang biasa. Yang perlu dipahami, perpisahan ternyata dapat mempengaruhi kesehatan tubuh. Masalah yang timbul pada tubuh bisa bersifat fisik, emosional, atau mental.
Reaksi putus cinta juga akan berbeda untuk setiap orang, tergantung pada tingkat keseriusan hubungan tersebut. Dalam beberapa kasus, ada yang mengalami depresi, daya tahan tubuh menurun, hingga bunuh diri. Untuk lebih jelasnya, berikut beberapa masalah kesehatan yang dapat timbul saat putus cinta, seperti disiarkan Boldsky.com.
Baca juga:
Putus Cinta Itu Bisa Diprediksi, Pakai Logikamu
Kiat Mengatasi Sedih karena Putus Cinta
3 Fakta Unik Fenomena Putus Cinta di Media Sosial
Kata Peneliti Ini Penyebab Putus Cinta Paling Menyakitkan
#Respons melemah
Putus cinta akan membuat tubuh menjadi stres dan mempengaruhi respons, seperti konsentrasi yang buruk, cemas yang berlebihan, yang suatu saat bisa berubah menjadi depresi.
#Mempengaruhi rasa lapar
Saat putus cinta, tubuh cenderung melepaskan hormon stres yang disebut kortisol dan berperan dalam mengalihkan darah dari sistem pencernaan. Hal tersebut dapat memicu kondisi seperti sindrom iritasi usus (IBS), yang akan membuat makan berlebihan atau lebih sedikit.
Baca Juga:
#Insomnia atau hipersomnia
Berbicara tentang tidur, insomnia (susah tidur) atau hipersomnia (terlalu banyak tidur) adalah fenomena umum yang dialami orang-orang yang baru berpisah. Anda akan merasa energi lebih rendah, stres, depresi, dan lainnya.
#Pelepasan neurotransmiter dopamin
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Universitas Kolumbia di Amerika Serikat menemukan bahwa putus hubungan, mempengaruhi otak secara signifikan.
Hal ini mirip dengan cara kerja otak para pecandu kokain yang terpengaruh selama pemakaian. Sebuah neurotransmiter yang disebut dopamin dilepaskan oleh beberapa bagian otak. Hormon ini berperan penting dalam otak dan tubuh dan akhirnya membuat terobsesi dengan orang yang paling kita suka.
Ilustrasi stres. TEMPO/Subekti
#Melepas hormon stres
Kortisol adalah hormon stres yang dilepaskan ketika seseorang sedang mengalami stres, serta kadar glukosa darah rendah. Salah satu pemicunya adalah putus cinta atau patah hati. Patah hati akan menyebabkan hormon kortisol lebih lama berada di dalam tubuh dan mempengaruhi, sehingga jadi lebih stres, sering ketakutan, kelelahan fisik, dan lainnya.
#Melemahkan sistem kekebalan tubuh
Patah hati akan melemahkan sistem kekebalan tubuh Anda dengan mematikan bagian-bagian tertentu dari tubuh yang bertugas memerangi mikroba penyebab penyakit.
Patah hati menghasilkan sekresi hormon stres yang akan mempengaruhi sistem kekebalan tubuh selama rentang waktu tertentu dan membuat tubuh lemah dan menjadi lebih sensitif terhadap penyakit.
#Mengalami sindrom patah hati
Asosiasi Jantung Amerika mengungkapkan bahwa saat putus dari seseorang, Anda akan mengidap yang namanya sindrom patah hati. Hal ini akan memperbesar jantung untuk sementara. Pada kondisi ini, sebagian dari jantung tidak memompa dengan baik, sementara yang lainnya melakukan fungsi seperti biasa, yang berarti kontraksi bisa menjadi lebih kuat.
Dalam sebuah survei ditemukan bahwa perempuan lebih sering terkena dampak sindrom ini, yakni sekira 80 persen dibandingkan laki-laki. Gejala-gejala sindrom patah hati itu meliputi detak jantung yang tidak teratur dan nyeri dada. Oleh karena itu, sering disalahartikan sebagai serangan jantung.
#Menyebabkan masalah kulit
Tingkat stres yang tinggi dapat menyebabkan masalah kulit seperti jerawat. Sebuah penelitian yang dilakukan pada 2007 oleh para peneliti di Universitas Wake Forest di Carolina Utara, Amerika Serikat, menemukan bahwa orang yang mengalami stres berlebihan seperti saat putus cinta, 23 persen lebih berisiko berjerawat. Studi tersebut juga mengungkap bahwa stres yang memicu peradangan dan jerawat adalah hasil dari peradangan kulit.