TEMPO.CO, Jakarta - Kurs rupiah terhadap dolar AS kembali melemah pada penutupan perdagangan sore ini. Hingga pukul 16.14, kurs rupiah ditutup turun 20 poin menjadi 14.875 per dolar AS.
Baca: Sri Mulyani Minta Pengusaha Tak Panik Hadapi Dinamika Ekonomi
Pada pembukaan perdagangan, kurs rupiah bahkan terdepresiasi hingga 40 poin di level 14.895 per dolar AS. Pergerakan mata uang Garuda kemudian terpantau melemah 60 poin atau 0,40 persen ke level Rp14.915 per dolar AS pada pukul 09.35 WIB.
Rupiah mampu rebound dan berakhir terapresiasi 25 poin atau 0,17 persen di posisi Rp14.855 per dolar AS pada perdagangan Selasa, 18 September 2018.
Fluktuasi kurs rupiah, diperkirakan masih terjadi hingga 2020. Direktur Eksekutif Departemen Internasional Bank Indonesia (BI) Doddy Zulverdi menuturkan bank sentral AS, Federal Reserve, masih ada rencana naikkan suku bunga sampai dengan 2020.
Namun, dia meyakini kenaikannya akan melambat pada 2019 dan 2020. Selain itu, Federal Reserve (the Fed) berjanji normalisasi neraca asetnya (balance sheet) yang akan dilakukan dengan sangat terukur.
"Artinya dengan normalisasi terukur dan kenaikan subung tidak seperti sebelumnya, kita berharap sampai dengan 2020 tekanan sudah mulai berkruang," ujar Doddy, Rabu, 19 September 2018.
Dengan komunikasi transparan dan lebih mudah diprediksi, serta pasar keuangan yang bisa mengantisipasi, Doddy yakin gejolak di pasar keuangan bisa mereda atau tidak seperti di awal tahun ini. "Karena tekanan masih ada sampai 2020, kita harus perbaiki dengan transaksi berjalan," kata Doddy.
Baca: Hitungan Plus Minus Sri Mulyani Tiap Rupiah Melemah Rp 100 per USD
Pasalnya, risiko melemahnya rupiah tetap ada selama negara ini masih dalam posisi net demand terhadap dolar. Oleh karena itu, dia menilai kuncinya ada di upaya mengurangi ketergantungan terhadap dolar AS.
BISNIS