Mulai dari dampak secara langsung yaitu merasa kesel, emosi, sedih, dan bête. Adapun efek tidak langsung, apalagi jika diberikan oleh orang terdekat akan memengaruhi harga diri dan kepercayaan diri
ibu. “Kondisi ini tentu saja akan memengaruhi fungsi dia dalam mengurus dan berinteraksi dengan anaknya. Jika dia masih memberikan ASI, ketika stress bukan tidak mungkin akan membuat ASI nya menjadi berkurang," ujar Nadya Pramesrani, Psikolog keluarga dari Rumah Dandelion.
Untuk itu, ketika mengalami hal tersebut, yang harus dilakukan adalah mengubah mindset atau pola pikir kita menjadi positif, dan jangan mengacuhkan ucapan orang lain. “Sebab, yang paling tahu mengenai tumbuh kembang dan kebutuhan anak adalah kita ibunya sehingga dia pasti tahu yang terbaik untuk anaknya,” lanjut Nadya.
Hal senada disampaikan oleh Saskhya Aulia Psikolog Anak dari Tiga Generasi yang mengatakan bahwa ketika yang melakukan tindakan
mom shaming tersebut orang yang tidak dikenal,
ibu bisa meninggalkannya dan tidak perlu merespon atau memberikan penjelasan lebih lanjut. “Begitu juga kalau terjadi di medsos, cukup matikan, uninstall, atau block orang-orang toxic lalu alihkan fokus pada hal lain yang menyenangkan misalnya bermain dengan anak dan keluarga,” ujarnya.
Mom shaming menurutnya juga dapat dilakukan oleh orang tua sendiri atau mertua. Namun, hal tersebut sebetulnya berlandaskan rasa sayang dan perhatian walau dengan cara penyampaian yang tidak tepat. Untuk mengatasinya, arahkan perhatian
ibu kita pada hal yang membantu tetapi harus disampaikan dengan cara yang tepat agar tidak terjadi perdebatan atau kesalahpahaman.