TEMPO.CO, Jakarta - Gubernur Bank Indonesia Perry Warjiyo memastikan defisit neraca transaksi berjalan (CAD) triwulan III 2018 yang baru dirilis tak akan membebani nilai tukar rupiah yang sedang dalam tren menanjak. Sebab, menurut Perry lembaganya telah menyampaikan sinyal kemungkinan pelebaran defisit sejak jauh-jauh hari, sehingga telah diperhitungkan oleh pasar dan investor.
Simak: Kata Sri Mulyani Soal Rupiah yang Terus Meroket
“Kami kan sudah mengomunikasikan bahwa CAD di kuartal III akan lebih tinggi dari kuartal II, tapi meskipun lebih tinggi akan berada di bawah 3,5 persen dari Produk Domestik Bruto (PDB),” ujarnya, di Jakarta, Jumat 9 November 2019
Adapun riilis CAD kemarin dipublikasikan setelah pasar tutup pukul 16.00 WIB. Kurs rupiah kemarin ditutup melemah 1 persen di pasar spot yaitu ke level 14.680 per dolar AS, sedangkan di kurs tengah Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) bertengger di level 14.632 per dolar AS. Selanjutnya, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup melemah 1,72 persen ke level 5.874,15.
Perry berujar untuk keseluruhan tahun ini, bank sentral memproyeksikan defisit transaksi berjalan akan berada di bawah batas aman 3 persen dari PDB. “Di kuartal IV nanti hingga 2019 (CAD) akan menurun,” ucapnya.
Bank Indonesia mencatat pelebaran defisit meningkat menjadi US$ 8,8 miliar atau 3,37 persen dari PDB, sejalan dengan penguatan permintaan domestik. Peningkatan itu dipengaruhi oleh penurunan kinerja neraca perdagangan barang dan meningkatnya defisit neraca jasa.
Direktur Eksekutif Departemen Komunikasi Bank Indonesia Agusman mengatakan hal itu utamanya dipengaruhi oleh meningkatnya defisit neraca perdagangan migas, sedangkan surplus neraca perdagangan barang non migas relatif terbatas. “Peningkatan defisit migas terjadi seiring dengan peningkatan impor minyak di tengah naiknya harga minyak dunia,” katanya.
Dari sisi neraca jasa, sumber defisit khususnya jasa transportasi, yang diakibatkan peningkatan impor barang dan pelaksanaan kegiatan ibadah haji. Agusman menambahkan defisit yang lebih besar dapat tertahan dengan peningkatan pertumbuhan ekspor produk manufaktur hingga kenaikan surplus jasa perjalanan. “Karena adanya kenaikan jumlah kunjungan wisatawan mancanegara antara lain terkait dengan penyelenggaraan Asian Games di Jakarta dan Palembang kemarin.”
Sementara itu, transaksi modal dan finansial pada triwulan ini dilaporkan mengalami surplus yang cukup besar yaitu US$ 4,2 miliar. Menurut Agusman, hal itu sebagai cerminan bahwa kepercayaan investor terhadap prospek perekonomian domestik masih tinggi. Secara keseluruhan, neraca pembayaran Indonesia triwulan III 2018 pun mengalami defisit sebesar US$ 4,4 miliar.
Ekonom Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira Adhinegara mengatakan secara structural ketergantungan Indonesia terhadap impor migas harus ditekan.
“Bisa mempercepat konversi pada gas, karena dalam transaksi berjalan masih surplus,” ucapnya. Bhima menambahkan pemerintah bersama dengan Bank Indonesia harus terus mempererat koordinasi agar upaya menekan defisit dan pemberian insentif berjalan tepat sasaran.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menegaskan pemerintah tak akan pandang bulu dalam menerapkan perluasan kebijakan mandatori biodiesel B20 untuk menekan CAD dan menguatkan rupiah. Seperti kemarin, Darmin menolak permohonan yang diajukan oleh asosiasi pemilik kapal (INSA) yang ingin menunda penggunaan B20.
Menurut dia, seluruh angkutan termasuk angkutan besar seperti kapal dan besar tak masuk dalam pengecualian penggunaan B20. “Jadi nggak bisa pokoknya, itu sudah ada dan didiskusikan dengan matang, jadi kalau di tengah jalan minta penundaan tidak akan dapat,” ucapnya.
GHOIDA RAHMAH | CAESAR AKBAR