Lupa Kata Sandi? Klik di Sini

atau Masuk melalui

Belum Memiliki Akun Daftar di Sini


atau Daftar melalui

Sudah Memiliki Akun Masuk di Sini

Konfirmasi Email

Kami telah mengirimkan link aktivasi melalui email ke rudihamdani@gmail.com.

Klik link aktivasi dan dapatkan akses membaca 2 artikel gratis non Laput di koran dan Majalah Tempo

Jika Anda tidak menerima email,
Kirimkan Lagi Sekarang

Menunggu Sebuah Generasi Lahir Kembali

image-profil

Oleh

image-gnews
Film 'Menunggu Pagi' mengambil genre drama remaja yang mengangkat problematika remaja dengan latar ajang festival musik tahunan terbesar Djakarta Warehouse Project (DWP). Disutradarai Teddy Soeriaatmadja
Film 'Menunggu Pagi' mengambil genre drama remaja yang mengangkat problematika remaja dengan latar ajang festival musik tahunan terbesar Djakarta Warehouse Project (DWP). Disutradarai Teddy Soeriaatmadja
Iklan

Ini kisah satu malam.

Seperti beberapa film Indonesia yang pernah beredar yang berkisah tentang satu malam yang penuh drama dan ketegangan macam “Jakarta Undercover” (Lance, 2007) atau “Lovely Man” yang juga merupakan karya Teddy Soeriaatmadja. Ini kisah semalam yang kemudian menyajikan berbagai persoalan yang menghadang sang protagonis untuk menyelesaikan sebuah persoalan.

Tetapi film-film semacam Jakarta Undercover, apalagi Lovely Man adalah kisah dewasa yang penuh kedalaman, kisah tentang manusia kota lengkap dengan berbagai konflik batin dan jiwa.

“Menunggu Pagi” adalah kebalikan dari unsur itu semua. Semua pemainnya adalah anak-anak muda milenial yang memerankan anak-anak muda milenial. Di luar Mario Lawalata dan Yayu Unru yang berperan sebagai pengedar narkoba dan bos narkoba, anak-anak muda ini berperan sebagai tokoh-tokoh yang hanya memikirkan diri sendiri; yang oleh majalah Time pada laporan utama “Me Me Generation”, inilah generasi yang peduli pada diri sendiri atau apapun yang hanya berhubungan dengan dirinya. Inilah laporan utama yang membuat banyak pembaca, termasuk saya, jadi jengkel. Tapi setelah menyaksikan film ini, rasanya majalah Time lumayan akurat. Coba saksikan (semoga film yang cuma bertahan sebentar di bioskop ini ditayangkan kembali).

Ketika layar dibuka dengan adegan gebyar sebuah klab malam dengan musik dan DJ (Mario Lawalata). Dari menit-menit pertama lantas kita diperkenalkan ada beberapa kelompok anak muda yang punya urusan masing-masing tapi semua bermuara pada satu pesta besar yang paling menghebohkan sejagat.

Baca Juga:

Pertama, sang DJ yang malam itu tidur dengan perempuan cantik dan pagi-pagi sudah sibuk mengemas paket narkoba lalu mandi bersama si perempuan itu. datanglah kekasihnya yang berwajah manis, belia dan membawa berbagai kado untuk merayakan tiga tahun hubungan mereka (untuk informasi saja untuk generasi X atau baby-boomer: anak masa kini juga punya ‘anniversary’ hubungan dengan pacar. Bukan monopoli mereka yang sudah menikah saja ya bapak, ibu, uwak, bibi… dst).

Mereka bertengkar hebat dong. Wong si DJ ganteng itu sedang mandi bersama cewek lain. Dan si DJ ini masih bisa lo membujuk pacarnya bahwa dia banyak persoalan (terus, kalau banyak persoalan, solusinya tidur sama cewek lain? Ada-ada saja kau mas DJ). Pokoknya Sara (Aurelie Moremans) marah, memutuskan hubungan sekaligus menunjukkan foto ‘mantan pacar’, Kevin (Raka Hutchison) yang katanya akan mengajak gabung ke acara Djakarta Warehouse Project.

Nah acara Djakarta Warehouse Project, yang sepanjang film disebut DWP ini adalah sebuah acara pesta besar nyata yang menghebohkan sejagat karena harga tiketnya dan karena isinya hiburan music dari DJ  berbagai negara (untuk generasi tu , ini info lain supaya kalian tidak tersedak: DJ masa kini yang sedang beraksi disebut “konser”. Iya. Konser. Makanya James Corden, pembawa acara The Late Late Night Show itu tak habis-habisnya bergurau kok memilih lagu dan mixing saja disebut ‘konser’).

Nun di sebuah pojok Jakarta, Kevin saling berjanji dengan si mantan pacar Sara untuk mengambil undangannya di sebuah toko vinyl milik Bayu. Di toko vinyl itu, Sara bertemu dengan Bayu (Arya Saloka), pemuda yang dari seluruh gerombolan tokoh dalam film ini paling terlihat “baik-baik”, bertanggung jawab karena diajak gabung ke DWP dia selalu menolak dengan alasan “harus menjaga toko”.

Sementara di pojok lain kelompok Kevin, Adi, Rico (Arya Vasco) tengah bersiap juga ke DWP sembari membawa dompet Bayu (urusan dompet ini agak aneh, kenapa tidak kasih duit saja. Kok seluruh dompet… tapi sudahlah).

Pemberian dompet Bayu kepada Adi (Bio One) kemudian menjadi pusat ‘drama salah kaprah’. Sepanjang malam, di antara drama cinta antara mas DJ, Sara dan Bayu, terjadi pula drama dompet dan salah komunikasi di antara remaja-remaja lelaki. Perasaan yang lahir menyaksikan tingkah anak-anak milenial ini adalah campuran  jengkel, ngeri dan lucu.

Iklan
Scroll Untuk Melanjutkan

Sebetulnya film dan skenario film ini dijalin dengan rapi, penuh perhitungan bahwa klimaks film ini akan bermuara pada acara DWP di mana segala yang asyik dan berkilap akan terjadi. Para pemain semuanya tampil bagus terutama Aurelie Moremans dan Bio One. Tetapi film yang sebetulnya bertujuan membuat film ‘ringan’ ala anak muda sekaligus menjadi horor bagi orangtua seperti saya: apa yang diulas majalah Time memang benar, bahwa generasi milenial umumnya generasi yang begitu mudah mendapatkan segalanya, entitled (merasa berhak memperoleh apa yang diinginkan tanpa berusaha), dan dalam alam pikirannya hanya ada “me,me..”

Film ‘Menunggu Pagi’ mengambil genre drama remaja yang mengangkat problematika remaja dengan latar ajang festival musik tahunan terbesar Djakarta Warehouse Project (DWP). Disutradarai Teddy Soeriaatmadja

Tokoh-tokoh yang digambarkan Teddy, kecuali Bayu yang masih memikirkan tanggung jawabnya di toko, adalah tokoh-tokoh yang sama sekali tidak ada ucapan soal sekolah, atau pekerjaan atau apa pun yang berbau tanggung jawab. Pada otak mereka ya hanya ada DWP, dansa, jingkrak girang, pacar, dan hura-hura. Tentu saja saya sangat tidak ingin khutbah moral, karena ngapain sih menasehati anak-anak berusia 20-an yang telinganya sudah disumpel earphone? Film Teddy ini membuat kita merinding,  patah hati dan bertanya-tanya: apakah generasi milenial dan generasi Z memang demikian sikapnya (ingat, mereka inilah yang akan memimpin Indonesia di masa yang akan datang)? Semoga itu hanya sekelumit kehidupan anak-anak muda Indonesia. Dan semoga pula generasi milenial, tak segawat yang digambarkan majalah Time, meski fakta di lapangan tampaknya menunjukkan betapa akuratnya majalah tersebut.

Sembari menanti jawaban dari pertanyaan yang menakutkan itu, saya menanti  kelahiran (kembali) generasi milenial yang siapa tahu akan lebih memikirkan orang lain, sekaligus menunggu karya Teddy berikutnya yang lebih saya kenal seperti Trilogy Intimacy.

MENUNGGU PAGI

Sutradara: Teddy Soeriaatmadja

Skenario: Teddy Soeriaatmadja

Pemain: Arya Saloka, Mario Lawalata, Aurelie Moremans,  Raka Hutchison, Arya Vasco, Putri Marino, Bio One, Yayu Unru

Iklan



Rekomendasi Artikel

Konten sponsor pada widget ini merupakan konten yang dibuat dan ditampilkan pihak ketiga, bukan redaksi Tempo. Tidak ada aktivitas jurnalistik dalam pembuatan konten ini.

 

Video Pilihan


Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

16 hari lalu

Menhub Buka Posko Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024

Menteri Perhubungan Budi Karya Sumadi secara resmi membuka Pos Koordinasi (Posko) Pusat Angkutan Lebaran Terpadu 2024 di Kantor Pusat Kementerian Perhubungan, Jakarta.


18 hari lalu


Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

24 hari lalu

Ilustrasi perang sosial media. / Arsip Tempo: 170917986196,9867262
Hibah untuk Keberlanjutan Media yang Melayani Kepentingan Publik

Tanggung jawab negara dalam memastikan jurnalisme yang berkualitas di Tanah Air perlu ditagih.


AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

28 hari lalu

UKU dan Asosiasi Fintech Pendanaan Bersama Indonesia (AFPI) menggelar konferensi pers di The Acre, Menteng, Jakarta Pusat, Kamis, 21 Maret 2024. TEMPO/Savero Aristia Wienanto
AFPI Sebut Mahasiswa Jadi Salah Satu Peminjam Dana Fintech Lending, untuk Bayar UKT hingga Penelitian

Mahasiswa disebut menjadi salah satu peminjam di fintech lending.


DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

43 hari lalu

Badan Anggaran (Banggar) bersama Tim Anggaran Pemerintah Daerah (TAPD) kembali membahas Rancangan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (RAPBD) 2024 di Ruang Rapat Paripurna, DPRD DKI Jakarta, Senin, 30 Oktober 2023. Tempo/Mutia Yuantisya
DPRD DKI Jakarta Gelontorkan Rp 3 M untuk Seragam Dinas, Sekwan: Ada Pin Emas

DPRD DKI Jakarta kembali menggelontorkan anggaran miliaran untuk pengadaan baju dinas dan atributnya. Tahun 2024 bahkan anggarannya naik menembus Rp 3 miliar.


Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

44 hari lalu

Ketua Umum Partai Nasdem Surya Paloh memberikan pidato politiknya secara virtual pada acara HUT ke-12 Partai Nasdem di NasDem Tower, Jakarta, Sabtu 11 November 2023. HUT tersebut mengambil tema
Pastikan Dukung Hak Angket, NasDem: Menunggu Penghitungan Suara Selesai

NasDem memastikan bakal mendukung digulirkannya hak angket kecurangan pemilu di DPR. Menunggu momen perhitungan suara rampung.


H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

15 Februari 2024

Pekerja mengangkut beras di Gudang Bulog Kelapa Gading, Jakarta, Senin, 5 Januari 2024. Menteri Perdagangan Zulkifli Hasan memastikan persediaan bahan pokok, terutama beras, cukup untuk memenuhi kebutuhan masyarakat menjelang Ramadan 1445 Hijriah. TEMPO/Tony Hartawan
H+1 Pemilu, Bulog Salurkan Lagi Bansos Beras

Bayu Krisnamurthi memantau langsung penyaluran bansos beras di Kantor Pos Sukasari, Kota Bogor, Jawa Barat pada Kamis, 15 Februari 2024.


Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

12 Februari 2024

Penjabat Bupati Banyuasin Sidak Pusat Pelayanan Terpadu Citra Grand City

Hani Syopiar mengapresiasi tenaga kesehatan yang bertugas selama libur panjang.


Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

12 Februari 2024

Cuplikan film Dirty Vote. YouTube
Urgensi Kontranarasi dari Film Dokumenter "Sexy Killer" dan "Dirty Vote"

Layaknya "Sexy Killer", "Dirty Vote" layak diacungi jempol. Substansi yang dihadirkan membuka mata kita tentang kecurangan dan potensi-potensi kecurangan elektoral secara spesifik, yang boleh jadi terlewat oleh kesadaran umum kita.


PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

6 Februari 2024

PT Pegadaian Dukung Sertifikasi Halal bagi Pedangang Mie Bakso Yogyakarta

PT Pegadaian berkolaborasi dengan Lembaga Pengkajian Pangan, Obat-obatan, dan Kosmetika Majelis Ulama Indonesia (LPPOM MUI) serta Pondok Pesantren Mahasiswa Al-Ashfa Yogyakarta untuk memfasilitasi proses sertifikasi halal.