TEMPO.CO, Jakarta - Sektor pangan menjadi salah satu titik yang acapkali menjadi sasaran kritik dari tim Calon Presiden dan Wakil Presiden Prabowo Subianto - Sandiaga Uno terhadap pemerintahan Presiden Joko Widodo.
BACA: Soroti Pangan, Ini 5 Kritik Kubu Prabowo Terhadap Pemerintahan Jokowi
"Sektor pangan adalah salah satu titik lemah yang insyaAllah akan diperbaiki Prabowo - Sandi," ujar Wakil Ketua Dewan Kehormatan Partai Amanat Nasional Dradjad Wibowo ketika dihubungi Tempo, Jumat, 16 November 2018.
Secara umum, kelemahan pemerintahan Jokowi, menurut dia, adalah sektor ekonomi. Drajad mengatakan tim ekonomi yang dimiliki Jokowi belum bisa mengantarkan sang presiden melunasi janji-janjinya terkait perekonomian Indonesia.
BACA: Swasembada Pangan Disebut Kubu Prabowo, Ini Penjelasan Kementan
Untuk itu, Drajad mengatakan kubu Prabowo sekarang mulai merilis satu per satu gagasan program sektor ekonomi, khususnya pangan, kepada masyarakat. Misalnya, program untuk meningkatkan produksi pangan atau pertanian dan stabilisasi harga pangan sebagai salah satu prioritas.
Dradjad Wibowo. TEMPO/Imam Sukamto
"Kami kontraskan program ini dengan kegagalan swasembada pangan yang dijanjikan Pak Jokowi," ujar Drajad. "Kami kontraskan dengan situasi di mana harga pangan sering melonjak-lonjak."
Kritik soal pangan bukan baru pertama kali dilontarkan oleh kubu Prabowo. Kemarin, Ketua Dewan Pertimbangan Partai Berkarya Titiek Soeharto juga melontarkan kritik terkait janji kampanye Presiden dan Wakil Presiden Joko Widodo - Jusuf Kalla saat pemilihan presiden 2014. Menurut dia masih ada janji kampanye Jokowi yang tidak tercapai hingga kini, salah satunya di bidang pertanian dan pangan.
Menurut Titiek, janji Jokowi belum memenuhi janjinya lantaran sampai sekarang program swasembada pangan masih belum tercapai yang berimbas pada banyaknya impor pangan. "Waktu itu ada janji dalam waktu tiga tahun akan swasembada padi jagung kedelai, tapi nyatanya sampai sekarang bukan swasembada malah impor," ujar Titiek di Cilegon.
Titiek mengkritik langkah impor yang dilakukan pemerintah Jokowi. Padahal, menurut dia, Indonesia adalah negara yang kaya raya. "Tapi dari beras, jagung, cabai, sampai cangkul diimpor," ujar Titiek.
Ekonom senior Rizal Ramli juga sempat mempertanyakan komitmen Presiden Jokowi dalam memberantas mafia pangan. "Meski belum sempat, tapi saya juga ingin bertanya ke Mas Jokowi, apakah akan tetap membiarkan mafia pangan jika terpilih lagi 2019?" kata dia.
Rizal berujar jika nantinya Prabowo Subianto menang dalam pemilihan presiden 2019, calon presiden dengan nomor urut 02 tersebut menjanjikan tidak akan berkompromi terhadap adanya mafia pangan. Menurut mantan menteri koordinator bidang kematiriman ini, pernyataan Prabowo tersebut disampaikan melalui adiknya Hashim Djojohadikusumo.
"Saya tanya mas Hashim, adiknya Prabowo, jika seandainya Prabowo menang pada April 2019, apakah Prabowo akan negosiasi dengan mafia kuota pangan tersebut? Hashim bersumpah bahwa Prabowo tidak akan kompromi dengan mafia tersebut," kata Rizal Ramli dalam keteranganya kepada Tempo.
DIAS PRASONGKO | ANTARA