TEMPO.CO, Jakarta - Calon Presiden Prabowo Subianto mengatakan kerap dilabeli sebagai pendukung Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS). Dia juga mengaku sering dianggap bakal mendirikan khilafah jika memenangi Pemilihan Presiden atau Pilpres 2019.
Simak: Gara-gara Pakai Baju Adat, Prabowo Pernah Dikira Pemilik Restoran
"Padahal faktanya saya mendirikan partai dengan sumpah terhadap Pancasila, partai saya multirasial, multietnis, multiagama," kata Prabowo saat berpidato dalam acara Indonesia Economic Forum di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 21 November 2018.
Prabowo mengaku sangat sedih dan khawatir ihwal anggapan tersebut. Ketua Umum Partai Gerindra ini berujar, selama ini kerap mendukung serta didukung oleh orang-orang yang berlatar belakang agama Kristen, Hindu, Budha, dan sebagainya.
Ini merupakan kesekian kalinya Prabowo bicara soal ISIS saat berbicara di depan publik. Sebelumnya, Prabowo juga menyinggung persoalan ini seusai bertemu dengan Sinta Nuriyah dan Yenny Wahid di rumah Abdurrahman Wahid atau Gus Dur di Ciganjur, Jakarta Selatan pada 13 September lalu.
Baca Juga:
Seusai menceritakan tuduhan itu, Prabowo lantas berbicara soal komitmennya terhadap Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. Prabowo mengatakan, Partai Gerindra pun didirikan dengan sumpah terhadap Pancasila dan Konstitusi.
Sekretaris Jenderal Partai Gerindra Ahmad Muzani mengatakan, Prabowo merasa perlu untuk menceritakan tuduhan itu dan klarifikasinya di forum Indonesia Economic tersebut. Sebab, kata Muzani, Prabowo terus menerus dilekati stigma pendukung ISIS dan khilafah itu.
"Pak Prabowo itu tentara dan merah putih sejati. Sesuatu yang tidak mungkin seorang Prabowo dilabelkan seperti itu," kata Muzani saat ditemui terpisah di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu, 21 November 2018.
Baca: Prabowo Bandingkan Rasio Pajak di Era Soeharto dan Jokowi
Muzani menilai, stigma itu merupakan upaya menyudutkan yang tidak jelas asalnya. Dia menyebut pihak yang melontarkan tudingan itu sudah kehabisan ide untuk menyerang Prabowo. "Stigma itu dituduhkan untuk mematikan lawan politik. Sumbernya tidak jelas tapi terasa, sehingga forum ini menjadi penting untuk menjelaskan itu," ujar Muzani.