TEMPO.CO, Jakarta - Perkumpulan Betawi Kita menggelar Festival 125 Tahun M.H. Thamrin di Balai Kota, Jakarta Pusat, pada Jumat, 15 Februari 2019. Festival yang didukung oleh Pemprov DKI Jakarta dan BUMD Jakarta, ini bertujuan mengenang jasa M.H. Thamrin sebagai pahlawan nasional asli Betawi.
Baca: Anies Buka Museum Betawi Pertama di Jakarta, Apa Saja Koleksinya?
Salah satu jasa Thamrin yang tak banyak diketahui masyarakat adalah pada bidang olahraga sepak bola. Ia memprakarsai pembangunan lapangan sepak bola Voetbalbond Indonesische Jacatra (VIJ) di Cideng, Gambir, Jakarta Pusat.
"Ia menyumbangkan 2.000 gulden dari kantong pribadinya saat itu, hingga akhirnya kaum pribumi bisa memiliki lapangan sepak bola yang layak," ujar Ketua Betawi Kita, Roni Adi Tenabang, dalam keterangan tertulisnya Rabu, 13 Februari 2019.
Roni menjelaskan pembangunan stadion itu diikuti dengan terbentuknya asosiasi bola VIJ yang resmi berdiri pada 1928. Belakangn asosiasi itu berganti nama menjadi Persija Jakarta pada 1942. Berkat jasa Thamrin itu nama klub bola tak memakai nama Batavia melainkan Jacatra, yang secara tak langsung membawa semangat kebangsaan.
Roni mengatakan semangat Thamrin membawa sepak bola dan rakyat kecil dalam perjuangan politik harus diingat kembali di masa kini. Apalagi, kata dia, Persija yang merupakan juara Liga 1 2018, sampai saat ini tidak memiliki lapangan untuk berlatih yang representatif di Jakarta.
“Ini merupakan momentum mengembalikan sepak bola sebagai perjuangan dan pemersatu dengan membangun stadion yang layak bagi Persija,” katanya. Ia ingin Gubernur Anies Baswedan melanjutkan upaya yang telah dibangun oleh Thamrin.
Selain festival, dalam kegiatan ini akan digelar seminar yang bertajuk "Dari Stadion VIJ Menuju Stadion M.H. Thamrin: Thamrin Memulai, Anies Mewujudkan". Pembicara dalam seminar ini antara lain sejarawan J.J. Rizal, Abdillah Afiif tim penulis Gue Persija & Abidin-Side Fanzin, Tim TGUPP Stadion.
Baca: Orang Betawi Asli Tinggal 3 Juta, Begini Kata Anies Baswedan
Menurut J.J. Rizal, berkembangnya olahraga sepak bola di Betawi melalui jasa M.H. Thamrin, juga diikuti dengan masuknya ideologi besar ke Indonesia seperti sosialisme, komunisme, nasionalisme, dan islamisme. Namun semangat sepak bola membawa sifat khas tersendiri pada zamannya, yaitu zeitgeist atau jiwa zaman saat itu: muda, maju, dan sadar. "Sepak bola menjadi counter kultur terhadap perkembangan masyarakat dan sejarah kolonial," kata dia.